AS Puji Indonesia Sukses Laksanakan Pilpres Damai
US Hails Indonesia Democracy in Turbulent SE Asia

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
Sabtu, 26 Juli 2014
Presiden AS Barack Obama saat pembicaraan bilateral dengan Presiden SBY (Foto: presidenri.go.id)

Washington (B2B) - Presiden Barack Obama memberi selamat kepada presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo yang dilafalkan Obama sebagai JOH-koh WI-doh-doh, meskipun capres yang menjadi rivalnya menolak hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat.

Obama menggarisbawahi perhatian Washington terhadap peningkatan hubungan AS dengan Indonesia dan mendukung demokrasi di kawasan Asia Tenggara, seperti dilansir MailOnline.

Washington menggarisbawahi pengalihan kekuasaan di Indonesia yang berlangsung damai menepis kekhawatiran terhadap campur tangan militer terhadap kegiatan Pilpres di Indonesia. Hal itu menunjukkan bagaimana semangat demokrasi tumbuh dengan baik di negara yang populasi muslimnya terbesar di dunia.

Lebih dari setahun lalu, terjadi sengketa pemilu di Malaysia dan Kamboja. Thailand, sebagai negara demokrasi harus mengalami tekanan dari militer yang bertindak represif melalui kudeta militer.

Perkembangan politik di Indonesia relatif berjalan lebih baik setelah mengakhiri periode 30 tahun lebih di bawah pemerintahan diktator Soeharto melalui reformasi pada 1998.


Washington - President Barack Obama is congratulating Indonesia's presidential election victor Joko Widodo (JOH-koh WI-doh-doh), even as the losing candidate rejected the result.

That underscores Washington's intent to deepen ties with Indonesia and support democracy in Southeast Asia.

A peaceful transfer of power in Indonesia would buck a worrying trend in a region marred by flawed elections and military meddling. It would also serve to show that democracy thrives in the country with the world's largest Muslim population.

Over the past year, there have been disputed elections in Malaysia and Cambodia. Thailand, once an example of democratic progress, is facing its most repressive period of military rule in decades.

Political change has been comparatively smooth in Indonesia since the end of the 30-year rule of former dictator Suharto in 1998.

TERKAIT - RELATED