Tumpang Sari di Lahan `Replanting`, Solusi Mentan bagi Petani Karet
Indonesian Govt Implement the Rubber Replanting as a National Movement

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jum'at, 10 Juni 2016
Mentan Andi Amran Sulaiman berdialog dengan petani karet di Sumsel, penanaman jagung di sela pohon karet (inset kiri) Foto2: B2B/Mac

Banyuasin, Sumatera Selatan (B2B) - Pertengahan Maret lalu, tepatnya 23 Maret 2016, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mengunjungi Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan untuk meninjau kelayakan penerapan Gerakan Nasional (Gernas) peremajaan karet dengan pola tumpang sari padi, jagung, kedelai (Pajale) monokultur dengan karet pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) untuk menopang penghasilan petani, selang 2,5 bulan kemudian, Kamis (9/6) dia kembali ke Kecamatan Sembawa di Kabupaten Banyuasin untuk menanam jagung di sela pohon karet atau tumpang sari (intercropping).

Mentan Amran Sulaiman mengatakan peremajaan tanaman karet melalui pola tumpang sari dengan padi, jagung, kedelai (Pajale) monokultur dengan karet pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) untuk menopang pendapatan petani.

"Saat fase TBM yang butuh waktu hingga lima tahun, pemerintah akan memberikan bantuan benih gratis untuk padi, jagung, dan kedelai kepada petani karet. Hasil panen jagung diharapkan dapat menopang ekonomi petani karet sambil menanti masa panen karet yang berlangsung empat hingga lima tahun lagi," katanya usai tanam perdana jagung tumpang sari di Desa Pulau Harapan, Kecamatan Sembawa pada Kamis siang (9/6).

Tampak hadir Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring; Staf Ahli Mentan, Mat Syukur; Kepala Staf Kodam II Sriwijaya, Brigjen TNI M Taufiq; Anggota Komisi IV DPR, Syofwatillah Mohzaib; dan Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian.

Menurut Mentan, program integrasi jagung dengan karet dan sawit merupakan solusi jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan petani hingga satu juta hektar secara nasional. Jagung merupakan komoditas strategis yang bernilai tambah bagi petani karet, dan harganya sudah dijamin pemerintah di kisaran Rp3.000 per kg, dan pemerintah juga menyiapkan pemasarannya dengan menggandeng Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk membeli hasil panen petani.

"Petani harus memanfaatkan peluang ini ketimbang tumbuh rumput di sela tanaman karet. Mari kita hitung keuntungan buat petani, dengan asumsi panen Rp30 juta per hektar dalam tiga bulan, petani berpeluang melakukan tiga kali panen dalam setahun dan diperkirakan menghasilkan pendapatan Rp90 juta per tahun," kata Amran Sulaiman.

Menurutnya, petani karet jangan hanya menggantungkan harapan pada panen karet di kisaran Rp21 juta per tahun, asumsinya harga karet di kisaran Rp4.500 per kg dari produksi rata-rata 100 kg per hektar. Sementara program integrasi karet dan kelapa sawit dengan jagung akan diterapkan di seluruh Indonesia, khususnya pada provinsi-provinsi yang memiliki perkebunan karet seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

"Saya baru saja panen jagung di sela lahan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar akhir Maret lalu di lahan 13 ribu hektar dan saya harapkan akan berhasil di sini di sela tanaman karet," kata Mentan.


Banyuasin, South Sumatra (B2B) - In mid March 2016, precisely March 23, Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman was visited in Banyuasin of South Sumatra province to review the feasibility of national movement of replanting the rubber with intercropping rice, corn, soybean monoculture with rubber the immature phase to support the farmers´ income, and 2.5 months later, on Thursday (6/9), he returned to  Sembawa district of Banyuasin regency for corn intercropping in the rubber plantations.

Minister Sulaiman said replanting the rubber through intercropping with rice, corn, soybean monoculture with rubber phase immature plants to sustain the farmers´ income.

"In the immature phase which requires five years, the government will give free seeds for paddy, corn, and soybeans to rubber farmers. Hopefully this year to be completed so that it can be applied as soon as  possible," he said after the initial planting corn of intercropping in Pulau Harapan village of Sembawa district on Thursday afternoon (6/9).

It was attended by Director General of Food Crops, Hasil Sembiring; Expert Staff to Minister of Agriculture, Mat Syukur; South Sumatera´s Sriwijaya Military Commander, Brigadier General M Taufiq; member of parliament, Syofwatillah Mohzaib; and Banyuasin Regent, Yan Anton Ferdian.

According to him, the integration program of corn with rubber and oil palm is a long-term solution to improve the welfare of farmers up to a million hectares across Indonesia. The corn is a strategic commodity that has value added for rubber farmers, and the price has been guaranteed by the government amounted to 3,000 rupiah per kg, and the government also set up a marketing cooperation with National Logistics Agency (Bulog) to purchase the production of farmers.

"Farmers should take advantage of these opportunities rather than just grass in between the rubber plant. Let´s calculate profits for farmers, assuming a the harvest of 30 million rupiah per hectare in three months, farmers are likely to three harvests a year and is estimated to generate income of 90 million rupiah in a year," Minister Sulaiman said.

According to him, farmers do not depend on the rubber the harvest around 21 million per year, the rubber price assumption of 4,500 rupiah per kg on an average production of 100 kg per hectare. While the program intercropping of rubber and palm oil with corn will be applied across Indonesia, especially in the provinces that have rubber plantations such as Sumatra, Java, Kalimantan and Sulawesi.

"I was harvested of corn in oil palm plantations in West Pasaman regency of West Sumatra province late March, and I hope also succeeded here on the rubber plantation," Mr Sulaiman said.

TERKAIT - RELATED