Mentan: "Saya Konsisten pada Ideologi, Bukan Kata-kata..."
Indonesian Govt Implement Food Policy for the Sake of People

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Minggu, 17 Juli 2016
Mentan Andi Amran Sulaiman (kanan) memantau langsung kondisi harga daging dan jeroan sapi di pasar untuk mengetahui ketersediaan dan harga (Foto: Humas Kementan)

Surabaya, Jawa Timur (B2B) - Pemerintah RI menegaskan komitmennya untuk patuh pada ideologi negara yakni kepentingan negara dan rakyat di atas kepentingan individu, kelompok dan golongan, maka kepatuhan pada ideologi pula yang membuat Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) menerapkan kebijakan pangan yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan seluruh bangsa Indonesia.

Penegasan tersebut dikemukakan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman menjawab kritik dari sejumlah pihak terkait kebijakan pangan yang ditetapkan oleh Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla, khususnya larangan impor jeroan melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 58/2015, dan untuk secondary cut hanya diperbolehkan impor oleh BUMN dalam kondisi tertentu dan terlarang bagi perusahaan swasta.

"Kita konsisten dulu dengan kata konsisten... apakah konsisten dengan kata-kata atau dengan ideologi... saya tidak konsisten dengan kata-kata.. tapi konsisten dengan ideologi, untuk rakyat saya yang paling konsisten pada ideologi daripada yang mengritik agar pejabat konsisten pada kata-kata," kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers di Surabaya, Jawa Timur pada Jumat petang (15/7) menjawab kontroversi terkait impor jeroan sapi dan secondary cut.

Mentan tidak menampik pernyataannya yang pernah menyebut jeroan sebagai makanan anjing, yang pertama kali dikemukakannya 1,5 tahun lalu, pada orasi ilmiah di JK Center, Gowa, Sulawesi Selatan di hadapan civitas academica Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 24 Januari 2015.

Menurutnya, melalui kebijakan tersebut seharusnya semua pihak membuka cakrawala berpikir dan tidak memahaminya sepenggal-sepenggal, karena hal itu akan membuat rakyat menjadi bingung, karena tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan dan kepentingan.

"Kemudian kita urut lagi kenapa berubah? Ada kepentingan apa? Kepentingan negara dan kepentingan rakyat. Apa kepentingan rakyat? Pemerintah membuat regulasi untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan saya atau pemerintah karena pemerintah adalah pelayan rakyat," kata Amran Sulaiman yang didampingi Kepala Bagian Humas Kementan, Marihot H Panggabean.

Dia menambahkan, pemerintah berpikir dinamis dan realistis pada kepentingan dan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat, "Jangankan Permentan bahkan UUD 1945 kita amandemen untuk kepentingan rakyat.. karena hal itu diingingkan oleh rakyat."

Harga Jeroan Sapi
Mentan Amran Sulaiman menegaskan bahwa dibukanya impor jeroan sapi untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang menginginkan harganya terjangkau, karena saat ini harganya melambung hingga Rp90.000 per kg padahal harga di luar negeri hanya US$1 atau Rp13 ribuan per kg atau naik 800%.

"Pemerintah memutuskan kebijakan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen sementara harganya jomplang, tentu pemerintah berpikir dengan melihat regulasi bahwa adakah regulasi yang dapat menurunkan harga ini, pertama kita susun regulasi untuk menekan harga ya dengan membuka peluang impor jeroan," kata Mentan.

Menurutnya, impor jeroan saat ini adalah bagian dari rencana jangka pendek untuk menstabilkan harga daging dan memenuhi sumber protein masyarakat, dan jumlah jeroan yang diimpor tidak lebih besar dari jumlah impor daging sapi beku.

"Kecil sekali, maksimal 10 persen. Bisa-bisa 2%. Tapi secondary cut saya guyur ke pasar, sampai harganya bisa terjangkau masyarakat. Kalau kuota impor jeroan kecil sekali," kata Mentan.


Surabaya, East Java (B2B) - The Indonesian government confirms commitment to abide by ideology for the sake of the country and people above the interests of individuals, social groups and parties, obedience to an ideology that makes the government in this matter the Agriculture Ministry implement the food policy which is based on the sake of the people and the nation.

The statement was said by Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman answered criticism of parties to the food policy of the Joko Widodo administration, related import ban of beef offal through the ministerial decree No. 58/2015, and the import of secondary cut only by the SOE.

"We should agree on the word of consistent. consistently on words or ideology ... I was not consistent to the words .. but consistent to the ideology, I am consistent in ideology to defend the sake of the people rather than those who criticize officials in order consistently to the words," Minister Sulaiman told reporters here on Friday evening (15/7) for answered controversy over imports of beef offal and secondary cut.

Mr Sulaiman does not deny his statement that calls beef offal as dog food, which was he said the first time about 1.5 years ago, on a scientific oration in Makassar´s Hasanuddin University on January 24, 2015 in JK Center, Gowa district of South Sulawesi province.

According to him, through the policy should be able to make the perception of all parties, and to understand the whole, do not make people become confused, because nothing is eternal in this world except change and interests.

"We must understand first the meaning of change? The interests of whom? The interests of the state and the people. What is the benefit of the people? The Government to make regulations for the sake of the people, not for me or the government because the government is the servant of the people," said Meneri Sulaiman who was accompanied by Head of Public Relations at the ministry, Marihot H Panggabean.

He added that the government must be dynamic and realistic on the interests and food needs of the people, "not just the ministerial regulations, even the 1945 Constitution was amended for the sake of the people according to wishes of the people."

Beef Offal Prices
Mr Sulaiman confirms that imports beef offal to meet people´s needs at an affordable price, because at this time the price soared to 90,000 rupiah per kg while prices abroad only US $ 1 or 13,000 per kg.

"The government decided new policies to meet the needs of consumers, the government would think by looking at the regulations to lower the price of beef offal, the first step by making regulations to reduce prices by import license of the beef offal," he said.

According to him, the import of beef offal was part of a short-term plan to stabilize the price of meat and food needs of the people, and the numbers under the import of frozen beef.

"Import quotas are limited, a maximum of 10 percent. It could be 2%. But the secondary cut more affordable so that community. If the import quota for beef offal is very small," Mr Sulaiman said.

TERKAIT - RELATED