Petani Tembakau Didorong Diversifikasi Produk
Suswono Encourages Tobacco Farmers Diversify Products

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Kamis, 09 Januari 2014
Suswono menambahkan, pemerintah akan mendorong diversifikasi produk tanaman tembakau dan mendorong alih tanam ke produk lain yang lebih menguntungkan. (Foto2: Fajar/Kementan)

Jakarta (B2B) - Pemerintah mendorong diversifikasi produk tanaman tembakau dan mendorong alih tanam kepada produk pertanian lain yang lebih menguntungkan. Pasalnya, ke depan, tren yang terjadi adalah penurunan produk tembakau sesuai regulasi pengendalian tembakau melalui Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

“Tren yang terjadi sekarang kita mau tidak mau pada akhirnya harus mengikuti regulasi seperti FCTC, masalahnya di timing-nya saja,” kata Menteri Pertanian Suswono dalam sambutannya sebagai keynote speaker di seminar nasional pertanian tembakau di di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rabu (8/1).

Suswono menambahkan, pemerintah akan mendorong diversifikasi produk tanaman tembakau dan mendorong alih tanam ke produk lain yang lebih menguntungkan. “Untuk kita harus bersiap.”

Permasalahan tembakau yang paling menonjol saat ini adalah terbatasnya penggunaan tembakau - mayoritas hanya pada rokok - padahal banyak sekali produk lain yang bisa dikembangkan.

Seminar nasional pertanian tembakau menghadirkan sejumlah pakar/peneliti bidang pertanian tembakau yaitu Mastur, Ketua Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis Kementerian Pertanian; Agus Hasanudin Rachman, Tenaga Khusus Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian; Bambang Suwignyo, Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat  Muhammadiyah.

Hingga 2012, industri rokok di Indonesia memproduksi 302 milliar batang meningkat sebanyak 54 miliar batang dari produksi tahun 2010 sebanyak 248,4 miliar batang. Ironisnya, dalam perkembangannya pertanian tembakau pada masa kini tidak menunjukkan keuntungan yang nyata bagi sebagian besar petani tembakau. Meskipun termasuk penghasil daun tembakau keenam setelah Cina, Brazil, India dan Amerika Serikat dan Malawi, namun Indonesia hanya memproduksi 1,9 % daun tembakau dunia.

Total produksi tembakau Indonesia menurun dari 156 ribu ton pada 1990 menjadi 135 ribu ton pada 2010 sejalan dengan luas lahan tanaman tembakau. Dalam kurun waktu 1990-2009, persentase luas lahan tembakau terhadap wilayah yang tersedia menunjukkan kecenderungan yang menurun, yaitu dari 1,16% pada 1990 menjadi 0,87% pada 2009. Sekitar 60% daun tembakau yang beredar di Indonesia adalah produk impor untuk memenuhi kebutuhan industri rokok.


Jakarta (B2B) - The Indonesian government encourages diversification more profitable tobacco farmers. Future trend is a decrease in the regulation of tobacco products based on the Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

"The current trend must follow the FCTC regulations, and the problem is timing," said Suswono, agriculture minister in his speech as the keynote speaker at a national seminar on tobacco farms in Muhammadiyah University of Jakarta, Wednesday (8/1).

Suswono added the Indonesian government will encourage the diversification of tobacco, and rather favorable planting. "We must be ready now."

The most prominent tobacco issues today is the limited use of tobacco - cigarettes for the majority - although many products that could be developing of tobacco.

National seminar attended by a number of experts/researchers tobacco ie Mastur, Chairman of the Research Centers of Plant Fiber and Sweeteners Ministry of Agriculture; Agus Hasanuddin Rachman, Special Staff Director General of Plantations at the Ministry of Agriculture; Bambang Suwignyo, Vice Chairman of Muhammadiyah Community Development Council.

Until 2012, the cigarette industry in Indonesia produced 302 billion cigarettes, up of 54 billion cigarettes in 2010 production reached 248.4 billion cigarettes. Ironically, the development of the crop does not give much benefit for the majority of tobacco farmers. Although Indonesia is the sixth biggest producer after China, Brazil, India, United States and Malawi.

The total production of tobacco Indonesia decreased of 156 thousand tons in 1990 to 135 thousand tons in 2010, in line with the decline in tobacco land area. In 1990-2009, the percentage of land area of tobacco on land tend to fall of 1.16% in 1990 to 0.87% in 2009. Approximately 60% of tobacco in Indonesia is imported to the cigarette industry.

TERKAIT - RELATED