Tumpang Sari dan `Replanting`, Solusi Mentan Naikkan Harga Karet
Indonesian Agriculture Minister Solutions to Overcome Fall of Rubber Prices

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Kamis, 24 Maret 2016
Mentan Andi Amran Sulaiman (Foto: B2B/Mac & Tabel: Ditjen Perkebunan Kementan)

Palembang, Sumatera Selatan (B2B) - Pemerintah RI akan menerapkan enam kebijakan untuk mengantisipasi penurunan harga karet, dengan membuka pasar dalam negeri yang didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Kementerian BUMN untuk menyerap sekitar 500.000 ton produksi karet di seluruh Indonesia.

"Itulah solusi pemerintah untuk mengantisipasi pembatasan ekspor, dengan membuka peluang pasar di dalam negeri yang bertujuan mendongkrak harga karet yang saat ini rata-rata di bawah enam ribu rupiah per kg," kata Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman Rapat Upaya Pengembangan Komoditas Karet Nasional di Palembang pada Rabu malam (23/3).

Menurutnya, Kementerian PUPR akan memanfaatkan untuk campuran aspal, Kemenhub memanfaatkannya untuk dockfender, bantalan rel dan lain-lain, produksi ban dan vulkanisir oleh Kemenperin.

Langkah kedua melakukan peremajaan tanaman karet melalui pola tumpang sari dengan padi, jagung, kedelai (Pajale) monokultur dengan karet pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) untuk menopang pendapatan petani.

"Saat fase TBM yang butuh waktu hingga lima tahun, pemerintah akan memberikan bantuan benih gratis untuk padi, jagung, dan kedelai kepada petani karet. Mudah-mudahan tahun ini rampung dan rapat sehingga bisa diterapkan secepatnya," kata Mentan.

Sementara biaya peremajaan tanaman karet akan memanfaatkan pinjaman dari perbankan untuk petani karet melalui mekanisme kredit usaha rakyat atau KUR yang bunganya hanya sembilan persen.

Mentan menambahkan, langkah keempat adalah komitmen pengurangan produksi sebesar 615.000 ton selama enam bulan, 1 Maret hingga 31 Agustus 2016, dari tiga negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang ekspor karet alam yang masuk Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dengan alokasi Thailand 324.005 ton, Indonesia 238.736 ton, dan Malaysia 52.259 ton.

"Diikuti peningkatan bahan olah karet rakyat atau bokar melalui kegiatan bimbingan teknis untuk petani, petugas registrasi, dan pengawas mutu bokar sebagai kebijakan kelima," kata Amran Sulaiman.

Menurutnya, kebijakan keenam adalah membenahi rantai pasok karet mulai dari petani, pedagang hingga pengusaha namun saat ini masih banyak ditemukan kondisi satu pihak yang mendapat risiko rugi lebih besar yakni petani lantaran pola rantai pasok masih tertutup.

"Kalau harga bagus, petani harus tahu misalnya harga satu dolar tapi dijual lagi dua dolar oleh pedagang, dan dalam kurun 10 tahun terakhir harga pasokan dari petani ke pedagang untuk dijual kembali kepada pengusaha mengambil keuntungan lebih tinggi," kata Amran.


Palembang, Indonesia (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry implement six policies to anticipate the fall of rubber prices, which is supported by the Public Works and Housing Ministry, the Transportation Ministry, the Industry Ministry, and the SOEs Ministry to buy about 500,000 tonnes of rubber production across Indonesia.

"It is the government´s solution to anticipate export restrictions, by opening market opportunities in the country to boost rubber prices which currently average under six thousand rupiah per kg," Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman said at the national meeting of rubber development in Palembang on Wednesday night (23/3).

According to him, the Public Works and Housing Ministry will utilize rubber for asphalt mixtures, the Transportation Ministry use it for dockfender, rail gauges and others, and production of tires and others by the Industry Ministry.

The second policy implement a national movement of rubber cultivation to replace the old trees through intercropping with paddy, corn, soybean monoculture with rubber phase immature plants to sustain farmers´ income.

"In the immature phase which requires five years, the government will give free seeds for paddy, corn, and soybeans to rubber farmers. Hopefully this year to be completed so that it can be applied as soon as possible," Minister Sulaiman said.

While the cost replanting of rubber plant will be supported by loans from banks for rubber farmers through micro credit mechanism or KUR that interest is only nine percent.

Minister Sulaiman added, the fourth step is a commitment to cut production by 615,000 tons during six months, March 1 until August 31, 2016, of the three countries members of the International Tripartite Rubber Council (ITRC) on the entry of exports of natural rubber in the Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) with allocation of Thailand 324,005 tonnes, 238,736 tonnes of Indonesia, and Malaysia 52,259 tonnes.

"Followed by the improving quality of rubber through technical guidance to farmers, registration staff, and quality control of rubber," Mr. Sulaiman said.

According to him, the six policy is to fix the rubber supply chain from farmers, traders to businessmen, but is still often found that risk of loss are farmers are farmers, because the pattern of supply chain is still closed.

"If the price is good, farmers should know for example the price of one dollar but sold again two dollars by the merchant, and in the last 10 years the price of supplies from farmers to traders for resale to entrepreneurs, the merchant acquiring more profits," Mr Sulaiman said.

TERKAIT - RELATED