Jokow-JK. Tren Elektabilitasnya Meningkat Hingga 47,80%

Indonesian Presidential Candidate Joko Widodo Still Ahead of Prabowo

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Jokow-JK. Tren Elektabilitasnya Meningkat Hingga 47,80%
Grafis: liputan6.com

Jakarta (B2B) - Hasil jajak pendapat secara nasional dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network menunjukkan tren elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla mengalami kebangkitan sehingga mencapai dukungan 47,80%, lebih unggul 3,60% dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh dukungan 44,20%.

"Untuk pertama kalinya terjadi fenomena selisih kedua capres melebar karena terjadi kebangkitan di kubu Jokowi-JK, sebelumnya penurunan selisih selalu terjadi," kata perwakilan dari LSI Network Fitri Hari kepada pers di Jakarta, Senin.

Fitri mengatakan sejak September 2013 hingga akhir Juni 2014, selisih kedua capres terus mengecil namun di awal Juli 2014 tren elektabilitas justru berbalik dari survei yang dilakukan pada 2-5 Juli 2014. Sebelumnya pada hasil survei 25-29 Juni 2014, selisih kedua capres hanya 0,5%.

Menurut Fitri, menjelang akhir masa kampanye pergerakan tim Jokowi-JK justru lebih masif terutama di daerah yang banyak penduduk dengan program mereka yang segar dan menarik yang mampu menarik simpati dan keyakinan pemilih baik pemilih menengah atas maupun menengah bawah.

"Ada penguatan di segmen pemilih 'wong cilik'. Pasangan Jokowi-JK banyak memberi letupan program yang lebih fresh dan menarik di akhir masa kampanye politik. Sehingga pemilih yg awalnya ragu-ragu jadi memilih Jokowi-JK. Janji Program seperti 100 Hari pemerintahan Jokowi-JK, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat sangat menyentuh segmen pemilih wong cilik," jelas Fitri.

LSI juga mencatat kampanye yang melibatkan tokoh-tokoh berintegritas tinggi, artis, dan selebritis di sosial media dengan gerakan #AkhirnyaMemilihJokowi mampu mendongkrak dukungan Jokowi-JK.

"Sementara untuk Prabowo-Hatta konsisten, namun tidak banyak perubahan berarti hingga akhir kampanye sementara Jokowi-JK bisa heboh di akhir kampanye," tambah Fitri.

Namun, meski Jokowi-JK unggul dan kembali menunjukkan tren positif, Fitri menilai pasangan Jokowi-JK belum bisa dipastikan menang. Hal ini karena berbagai alasan di antaranya pemilih yang mengambang masih besar yaitu 8%. 

Bahkan mereka yang belum memutuskan ini jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan selisih keunggulan Jokowi-JK terhadap Prabowo-Hatta yang hanya 3,6%.

"Pergerakan suara di hari tenang selalu mungkin terjadi, yang tidak terekam lagi karena survei sudah selesai," ujar Fitri.

Jumlah golput yang diperkirakan 20% hingga 30% banyak berasal dari pendukung Jokowi-JK yang bisa membalikkan margin kemenangan namun pasangan Prabowo-Hatta bisa menang karena adanya kemungkinan manuver atau hal luar biasa yang terjadi di hari tenang yang tidak bisa diduga dari kedua pasangan.

LSI Network melakukan survei dengan metode sampling multistage random sampling terhadap 2.400 responden. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner dengan margin of error kurang lebih 2,0 persen.

Jakarta (B2B) - Presidential candidate Joko Widodos (Jokowis) electability still exceeds that of his competitor, Prabowo Subianto, with a 3.6 percent difference, noted a survey conducted by the Indonesian Survey Institute (LSI) here on Monday.

According to the survey conducted on July 2 to 5, Jokowi and his running mate earned 47.8 percent votes, while Prabowo and his vice presidential candidate, Hatta Rajasa, earned 44.2 percent.

However, LSIs researcher, Fitri Hari, noted that the latest survey result was not a true reflection of the official result of the presidential election as there were 8 percent undecided or swing voters.

"The number of swing voters, which is said to be around 20 to 30 percent of the eligible voters in Indonesia, can play a role in deciding who will win the presidential election. The election result can also be affected by political maneuvers employed by presidential candidates or their campaign teams during the silent week before July 9," Fitri added.

Indonesia will be organizing a free and democratic presidential election on July 9, 2014, which will be contested by only two pairs of presidential and vice presidential candidates: Prabowo Subianto-Hatta Rajasa and Jokowi-Jusuf Kalla (JK).

Prabowo Subianto is a retired military general and the founder of the Great Indonesia Movement Party (Gerindra), while his running mate, Hatta Rajasa, is a former coordinating minister for economic affairs and the chairman of the National Mandate Party (PAN).

Jokowi is Jakartas governor and a cadre of the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP), while his running mate, JK, is a former vice president and a senior politician of the Golkar Party.

The Prabowo-Hatta pair is supported by Gerindra, PAN, the Prosperous Justice Party (PKS), the United Development Party (PPP), the Democratic Party, the Crescent and Star Party (PBB), and the Golkar Party, whose current chairman is Aburizal Bakrie, the owner of TV One.

The Jokowi-JK pair is supported by five political parties: PDIP, the Nation Awakening Party (PKB), the Peoples Conscience Party (Hanura), the Justice and Indonesian Unity Party (PKPI), and the National Democrat Party (Nasdem) established by Surya Paloh, the owner of Metro TV and the Media Indonesia newspaper.