Bahasa Indonesia Diajarkan di 45 Negara tapi `Merana` di Negeri Sendiri

Disrespected at Home, Bahasa Indonesia Taught in 45 Countries

Editor : Heru S Winarno
Translator : Intan Permata Sari


Bahasa Indonesia Diajarkan di 45 Negara tapi `Merana` di Negeri Sendiri
Mahasiswa Australia sedang belajar bahasa Indonesia (Foto: salatigaprogram.com.au)

SAMPAI saat ini tercatat 45 negara yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia untuk diajarkan di sekolah di negara masing-masing.

Guru Besar Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof Dr Handayani mengatakan di Australia saja sudah ada 500 sekolah yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia. Begitu pula dengan perguruan tinggi di negara anggota ASEAN saat ini membuka program studi Bahasa Indonesia.

"Baru-baru ini satu perguruan tinggi di Philipina juga telah membuka Program Studi Bahasa Indonesia dan begitu juga di Inggris," kata Prof Dr Handayani di Solo, Senin (3/12).

Menurutnya, semakin banyak dipelajari orang di dunia, sama saja bangsa yang memiliki bahasa itu akan sejajar dengan bangsa lain. Bahasa bukan saja untuk lmu pengetahuan, tetapi bahasa sebagai alat komunikasi.

Namun Handayani mengaku prihatin, karena di luar negeri bahasa Indonesia begitu diapresiasi, namun di dalam negeri kenyataannya cukup berbeda. Banyak sekali bahasa asing dipakai untuk berbagai keperluan atau benda yang sebetulnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

"Nama-nama pusat perbelanjaan, perumahan, gelaran jabatan dalam perusahaan, dan lain-lain, sudah terlanjur dibiarkan diterapkan dalam bahasa Inggris. Jepang tidak begitu, mereka kukuh dalam pemakaian bahasa, aksara, dan budaya Jepang tanpa takut menjadi terkucil di mata internasional," ungkapnya lagi.

UNTIL now there are 45 countries opening programs/majors of Bahasa Indonesia to be taught in schools.

Professor of Bahasa Indonesia, Faculty of Teaching, Sebelas Maret University, Prof Dr Handayani, says that in Australia, there are 500 schools opening programs to learn Bahasa Indonesia, and so do universities in ASEAN countries.

“Recently a university in the Philippines has also established program to learn Bahasa Indonesia, also in Britain,” says the professor in Solo on Monday (3/12).

She argues that a country will be equal to other countries if people in the world learn its language. Language is not only for acquiring knowledge, but it is also a means of communication.

However Handayani is concerned that Bahasa Indonesia is very much appreciated abroad, but in the country, the fact does not say so. Foreign languages are used for lots of occasions or to name things which actually have equivalent terms in Bahasa Indonesia.

“Names of shopping centers, housing complex, office titles, etc have been set in English. Unlike Japan, the country persistently uses its language, alphabets, and culture, unafraid of being isolated before the international audience,” she says.