Lewoleba (B2B) - Dokter di RSUD Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga melakukan malpraktik yang berakibat tewasnya bayi berusia empat hari setelah disuntik imunisasi. Mikael Titus Gie meninggal pada Jumat lalu (16/11) dengan kondisi tubuh membiru.

Mikael lahir dengan berat 3,5 kg pada Selasa (13/11), tiba-tiba lemas dan tidak sadarkan diri setelah diimunisasi di paha kirinya dan meminum ASI dari Ibunya yang sedang diinfus untuk persiapan menjalani operasi steril. Bayi malang tersebut tewas dengan kondisi mulut dan sekujur tubuhnya membiru pada Jumat (16/11).

Orang tua Mikael, Gerardus Gie (37) dan isterinya Reideldis Tala (37) tidak terima dengan pelayanan di RSUD Lewoleba, hingga menyebabkan anaknya tewas.

"Anak saya sehat-sehat saja setelah dilahirkan, tetapi kemudian lemas setelah disuntik di paha kirinya, katanya untuk imunisasi lalu akhirnya tewas dua hari sesudahnya," ujar Tala.

Tala menuturkan, awal mula kejadian, Pada Selasa (13/11) pukul 04.00 wita pagi, dirinya melahirkan bayi dengan berat 3,5 kg. Dirinya sempat melihat bayinya usai dibantu bidan di RSUD tersebut.

Sang bayi diimunisasi dengan suntikan di paha kiri. Sang ibupun diberi suntikan di infus, katanya untuk persiapan operasi steril kandungan. Setelah disuntik sang bayi panas. Menurut bidan, mungkin ASI belum lancar sehingga bayi mengalami demam. Bidan menyarankan untuk bantu dengan susu Formula.

Sementara itu, Gerardus Gie, menjelaskan, panas yang dialami bayinya sepanjang malam, tidak dikontrol para bidan. "Sepanjang malam tidak dikontrol, kami minta untuk ganti kain kasa di pusat bayi saja dibilang ganti sendiri," ujar Gie kesal.

Pada Jumat (16/11) pagi pada jam observasi bidan, kondisi bayi sudah sangat lemas dan tubuh bayi semakin dingin. "Pagi observasi jam 7, bidan datang satu orang. Mereka kaget karna bayi biru, dia bilang orang tua bodoh, harus kasih ASI sambil duduk.Bidan panik dan menggendong sang bocah dilarikan ke ruang bersalin, larikan lagi ke ruang bayi dipasangi oksigen tabung kecil."

"Saya dan suami saya dipanggil menghadap dokter dan diberitahu anak saya kena radang paru-paru dan jantungnya bocor, padahal belum diperiksa. Dokter minta tandatangan untuk menginfus bayi saya, lalu dokter PTT itu bilang, Kalau tidak diinfus anak saya akan meninggal,"ujar Tala.

Segala upaya dilakukan para bidan dan dokter termasuk pompa jantung ternyata tidak menolong. Sang bocah akhirnya meninggal, Jumat (16/11) pukul 12.49 Wita.

Pihak keluarga korban menegaskan akan memproses hukum manajemen RSUD atas kecerobohan dan kelalaian bidan praktek dan dokter PTT tersebut.