DPR: Jangan Asal Tuduh Kopassus Terlibat Kasus Cebongan

Parliament: Do not Accuse Special Forces Involved Cebongan Prison Assault

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


DPR: Jangan Asal Tuduh Kopassus Terlibat Kasus Cebongan
Jenazah korban penembakan di LP Cebongan dibawa mobil ambulans untuk diotopsi (Foto: metrotvnews.com)

Jakarta (B2B) - Semua pihak diminta menahan diri dan tidak menuduh oknum anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berada di balik penyerangan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta.

Harapan tersebut dikemukakan Wakil Ketua DPR bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Priyo Budi Santoso menyikapi penyelidikan tim bersama yang melibatkan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradipo, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, dan Mahkamah Agung.

"Ini kan jalur ketertiban dan hukum, bukan masalah pertahanan negara, biarkan pihak-pihak ini bekerja. Kalau TNI diajak, ya Panglima bersama KSAD wajib memberi saran," kata Priyo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/3).

Priyo berharap, kasus ini cepat berakhir. Dia juga tak yakin tentara ada di balik kasus ini. "Karena setelah reformasi, TNI dengan 500 ribu personel, mulai dari jenderal sampai prajurit, sudah sepakat kembali ke barak," jelas Priyo.

LP Cebongan, Jalan Bedingin, Sumberadi, Mlati, Sleman, diserbu belasan orang bersenjata api, Sabtu (23/3) dinihari. Empat tahanan tewas dan dua sipir terluka.

Kronologis penembakan
Keempat korban tewas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta ditembak di hadapan 31 tahanan lain. Pelaku penembakan mengeksekusi keempat tahanan titipan polisi tersebut tanpa menggunakan peredam senjata.

Keempat tahanan yang ditembak di ruang nomor 5 Blok Anggrek adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendri Angel Sahetapi alias Deki dan Yohanes Juan Manbait. Mereka tercatat sebagai desertir anggota kesatuan Kepolisian Resort Kota Besar Yogyakarta.

Sebelumnya, keempat tahanan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terlibat kasus pembunuhan seorang anggota TNI-AD, Sersan Satu Santosa, anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup 2 Kandang Menjangan, Surakarta, Selasa lalu (19/3).

Selang sehari, seorang anggota TNI-AD, Sersan Satu Sriyono, juga jadi korban pembacokan di Lempuyangan, Yogyakarta. Pelaku diduga berasal dari kelompok yang sama.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Cebongan, Sleman, Sukamto Harto mengatakan, gerombolan penyerang berjumlah 15 orang yang lengkap membawa senjata api laras panjang, pistol dan granat.

Mereka berpakaian preman dan sebagian besar memakai penutup muka. Empat orang yang mengetuk pintu masuk Lapas tidak memakai penutup muka. Kejadian berlangsung Sabtu dini hari (23/3) sekitar pukul 01:00 Wib.

Menurut Sukamto, kepada petugas sipir di pintu utama, sekelompok orang bersenjata itu mengaku dari Kepolisian Daerah (Polda) DI Yogyakarta seraya menunjukkan surat dengan kepala surat Polda. Mereka mengaku ingin membawa empat tersangka kasus pembunuhan Sersan Satu Santosa di Hugo´s Cafe, Selasa lalu (19/3).

"Permintaan mereka ditolak, namun mereka langsung mengancam hendak meledakkan Lapas dengan granat jika pintu tidak dibuka. Akhirnya, petugas membukakan pintu dan belasan orang yang memakai penutup muka masuk. Mereka menyeret sipir untuk menunjukkan empat tahanan yang dicari," ungkapnya.

Petugas sipir yang hanya berjumlah 10 orang, diakuinya, tidak berkutik menghadapi belasan orang bersenjata tersebut.

"Semua petugas ditodong dengan senjata api serta diancam, diinjak dan dipukul dengan senjata," ungkap Sukamto.

Selanjutnya, gerombolan bersenjata tersebut memecahkan kaca penyimpanan kunci. Saat berada di blok Anggrek, mereka menggeledah sel tahanan untuk mencari keempat tersangka.

Selain menembak, gerombolan bersenjata tersebut juga memaksa petugas menunjukkan ruang Kepala Lapas Cebongan di lantai dua yang merupakan tempat penyimpanan alat kamera perekam CCTV.

"Aksi mereka hanya berlangsung sekitar 15 menit," kata Sukamto.

Jakarta (B2B) - Public asked to restraint and not accusing persons members of the Special Forces Command (Special Forces) behind the attack on the prison Cebongan, Sleman, Yogyakarta.

Expectation was expressed by Deputy Chairman of the House Priyo Budi Santoso response to the investigation joint team, involving National Police Chief Gen. Timur Pradipo, Justice Minister Amir Syamsuddin, and the Supreme Court.

"It´s a point of order and law, not a matter of national defense, let them work. If the military were involved, Armed Forces Commander and Chief of Staff shall give advice," Priyo said the parliament complex in Jakarta, Tuesday (26/3).

Priyo hope this case can be immediately resolved. He was not sure if the army is behind this case. "Because after the reform, the TNI with 500 thousand personnel, generals to the soldiers, has agreed to back to barracks," said Priyo.

LP Cebongan located in Jl Bedingin, Sumberadi, Mlati, Sleman, was raided by a dozen gunmen fire on Saturday (23/3) morning. Four prisoners were killed and two guards were wounded.

Chronological Firing
The four people killed in Correctional Institution (Prison) Cebongan, Sleman, Yogyakarta was shot in front of 31 other prisoners. Shooter surrogate police executed four prisoners without using silencer guns.

The four prisoners were shot in the No. 5 Block Orchid is Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendri Angel Sahetapi alias Deki and Yohanes Juan Manbait.They are listed as a deserter from the force Police Resort Yogyakarta.

Previously, four prisoners from East Nusa Tenggara (NTT) is involved the murder of a member of the Army (TNI-AD), First Sergeant Santosa, a member of the Special Forces Command (Kopassus) Group 2 Kandang Menjangan, Surakarta, Tuesday (19/3).

Within a day, a member of the Army (TNI-AD), First Sergeant Sriyono was also a victim of a stab in Lempuyangan, Yogyakarta. Perpetrators allegedly originated from the same group.

Head of the Correctional Institution (Prison) Class II Cebongan, Sleman, Sukamto Harto said gang attackers numbered 15 people who complete carrying long-barreled guns, pistols and grenades.

They were in plain clothes and mostly wearing masks. Four people were knocking on the door entry Prisons are not wearing masks. The incident took place Saturday morning (23/3) at around 01:00 local time.

According Sukamto, the officer guards at the main entrance, a group of armed men claim to be from the Regional Police (Police) in Yogyakarta while showed a letter with the letterhead of Police. They claim to want to take four suspects in the murder of First Sergeant Santosa at Hugo´s Cafe on Tuesday (19/3).

"Their request was denied, but they immediately threatened to blow up the prison with grenades if the door is not opened. Finally, the officer opened the door, and dozens of people wearing masks entered. They cast warden to show the four prisoners were searched," he said.

Officers guards who numbered only 10 people, he acknowledges, does not move encounter dozens of gunmen.

"All officers gunpoint and threatened with firearms, trampled and beaten with guns," said Sukamto.

Furthermore, these armed gangs break glass key storage. While at block Orchid, they searched the jail cell to find the four suspects.

In addition to shooting, armed gangs also forced prison officials showed Cebongan head office on the second floor, where the CCTV camera recorder storage.

"Their action only lasted about 15 minutes," said Sukamto.