Pesawat TNI AU Jatuh di Medan, 141 Tewas termasuk Warga di Lokasi Kecelakaan

At Least 141 People Killed after Military Hercules Transport Plane Crashes in Indonesia

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Pesawat TNI AU Jatuh di Medan, 141 Tewas termasuk Warga di Lokasi Kecelakaan
Pesawat naas lepas landas pukul 12:08 tapi jatuh di tengah kota sekitar dua menit kemudian - sekitar empat kilometer dari pangkalan TNI AU (Foto2: MailOnline)

SEKITAR 141 orang tewas setelah pesawat TNI AU, Selasa, menabrak daerah pemukiman dan kemudian terbakar.

Siaran rekaman di jaringan televisi lokal menunjukkan kerumunan penduduk di Medan, Sumatera Utara, berada di sekitar puing-puing pesawat yang terbakar ketika para petugas penyelamat berusaha untuk mengamankan tempat kecelakaan.

Hercules C-130 diyakini mengangkut total 122 orang total - jumlahnya lebih banyak daripada yang diperkirakan semula.

Kepala Staf TNI AU, Agus Supriatna mengatakan: "Tidak, tidak. Tidak ada korban selamat. Saya baru saja kembali dari lokasi kecelakaan."

Kapolresta Medan, Mardiaz Dwihananto mengatakan: "Jenazah para korban berada di puing-puing pesawat dan bangunan ... Kami mengevakuasi jenazah satu persatu dengan ambulans ke rumah sakit Adam Malik."

Media terkemuka Inggris, MailOnline melansir sebagian besar korban tewas adalah keluarga dari personel TNI AU. Menumpang di pesawat militer untuk mencapai kawasan-kawasan terpencil adalah hal lazim di Indonesia, negara kepulauan yang mencakup tiga zona waktu.

Tim SAR menyatakan ada tiga warga yang berada di lokasi kecelakaan turut menjadi korban, ketika pesawat berusia 51 tahun tersebut jatuh, menghantam panti pijat dan hotel kecil.

Polisi mengatakan tim SAR masih berusaha untuk masuk ke panti pijat yang hancur, berupa bangunan tiga lantai, dan mereka tidak tahu apakah ada orang saat kecelakaan terjadi.

Pesawat itu dalam perjalanan dari pangkalan TNI AU di Medan menuju pulau-pulau terpencil di Natuna. Pesawat naas lepas landas pukul 12:08 tapi jatuh di tengah kota sekitar dua menit kemudian - sekitar empat kilometer dari pangkalan TNI AU.

Kasau Marsekal Agus Supriatna mengatakan pilot meminta kepada menara kontrol di pangkalan udara Soewondo bahwa pesawat naas ingin kembali ke pangkalan sebelum jatuh karena ada gangguan teknis.

'Pesawat itu jatuh ketika berbelok ke kanan untuk kembali ke bandara," katanya.

Janson Halomoan Sinagam mengatakan beberapa kerabatnya berada di pesawat naas ketika meninggalkan Medan menuju pulau Natuna.

"Kami hanya ingin tahu nasib mereka," katanya kepada MetroTV, seraya menangis. "Tapi kami belum menerima informasi apapun dari rumah sakit."

Warga lokal lainnya, 26 tahun, Januar, mengatakan: "Saya melihat pesawat terbang dari arah bandara dalam posisi miring, saya juga melihat kepulan asap."

Media lokal melaporkan pesawat mengangkut 12 awak terdiri dari tiga penerbang, satu navigator dan delapan teknisi.

Elfrida Efi, resepsionis di Golden Eleven Hotel, mengatakan: "Pesawat melintas beberapa kali di atas saya, terbang sangat rendah. Ada api dan asap hitam. Kemudian pesawat itu menabrak atap hotel dan langsung meledak."

Dia mengatakan pesawat itu juga menghantam panti pijat, yang biasanya dikunjungi sejumlah tamu pada siang hari."

Kecelakaan ini peristiwa kedua kalinya dalam 10 tahun terakhir pesawat terbang jatuh di pemukiman penduduk.

Pada September 2005, pesawat Boeing 737 milik Mandala Airlines jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Polonia Medan, menghantam pemukiman padat, menewaskan 143 orang termasuk 30 warga yang berada di lokasi kecelakaan.

Kota Medan, yang berpenduduk sekitar 3,4 juta orang, adalah kota terpadat ketiga di Indonesia setelah ibukota Jakarta dan Surabaya.

MailOnline melansir bahwa Indonesia memiliki catatan keselamatan penerbangan yang memprihtinkan. Antara 2007 dan 2009, Uni Eropa melarang maskapai penerbangan Indonesia terbang ke Eropa karena masalah keamanan.

Sebelumnya, pesawat komersial jatuh pada Desember 2014, ketika pesawat jet AirAsia dengan 162 orang di dalamnya jatuh ke Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura.

AT LEAST 141 people are dead after an Indonesian Air Force plane yesterday crashed into a residential area and burst into flames.

Footage broadcast on local television networks showed crowds in Medan, North Sumatra, gathering around the burning aircraft as rescuers attempted to cordon off the area.

The Hercules C-130 was believed to have been carrying 122 people in total - a significantly larger number than initially thought.

The country's air force chief said Agus Supriatna said: 'No, no. No survivors. I just returned from the site.'

Mardiaz Dwihananto, police chief of Medan, said: 'The bodies were in [the] debris of the plane and buildings... We are taking the bodies one by one by ambulance to Adam Malik hospital."

Many passengers were families of military personnel. Hitching rides on military planes to reach remote destinations is common in Indonesia, a sprawling archipelago that spans three time zones.

The local search and rescue agency also said that three people were killed on the ground when the 51-year-old plane went down, hitting a massage parlour and a small hotel.

Police said rescuers were still trying to get into the ruined massage parlour, a three-storey building, and they did not know whether there were people inside.

The plane was on its way from an air force base in Medan to the remote Natuna islands. It took off at 12.08pm but crashed in the city about two minutes later - around three miles from the base.

Air force chief Air Marshall Agus Supriatna said the pilot told the control tower at Soewondo air force base that the plane needed to turn back because of engine trouble.

'The plane crashed while it was turning right to return to the airport,' he said.

Janson Halomoan Sinagam said several of his relatives were on the plane when it left Medan headed for the remote Natuna island chain.

'We just want to know their fate,' he told MetroTV, weeping. 'But we have not yet received any information from the hospital.'

Another local, 26-year-old Januar, said: 'I saw the plane from the direction of the airport and it was tilting already, then I saw smoke billowing.'

Local media reported the 12-strong crew of the plane consisted of three pilots, one navigator and eight technicians.

Elfrida Efi, a receptionist at the Golden Eleven Hotel, said: 'It passed overhead a few times, really low. There was fire and black smoke. The third time it came by it crashed into the roof of the hotel and exploded straight away.'

She said the plane also hit a massage parlour, where there are normally several people during the day.

It is the second time in 10 years that an air plane has crashed into a Medan neighborhood.

In September 2005, a Mandala Airlines Boeing 737 crashed shortly after takeoff from Medan's Polonia airport, into a crowded residential community, killing 143 people including 30 on the ground.

Medan, with about 3.4 million people, is the third most populous city in Indonesia after the capital Jakarta and Surabaya.

Indonesia has a patchy aviation safety record. Between 2007 and 2009, the European Union barred Indonesian airlines from flying to Europe because of safety concerns.

The country's most recent civilian airline disaster was in December, when an AirAsia jet with 162 people on board crashed into the Java Sea en route from Surabaya to Singapore.