Tes Keperawanan Dihapus TNI AD dalam Seleksi Prajurit Wanita
Indonesian Army Says has Stopped `Virginity Tests` on Female Cadets
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
TNI AD menyatakan telah menghapus praktik 'tes keperawanan' dalam seleksi masuk Korps Wanita Angkatan Darat [Kowad] yang disebut Kepala Staf TNI AD [Kasad[ Jenderal TNI Andika Perkasa, sebagai langkah yang disambut baik oleh para aktivis yang telah lama berkampanye menentangnya.
"Tes dua jari" sebutan populernya, di mana dokter memeriksa selaput dara wanita yang direkrut untuk mencoba memastikan keperawanan mereka, dituding sebagai tindakan sistematis, kasar dan kejam, menurut Human Rights Watch [HRW] yang berbasis di New York, yang melakukan penyelidikan pada 2014 seperti dilansir pada laman https: //bit.ly/2VKXX9R dan 2015 https://bit.ly/3jCyes4 ke dalam latihan dan di 2017 https://bit.ly/3fRDpDD agar Indonesia mengakhirinya, seperti dikutip Reuters.
Pihak TNI AD sebelumnya mengatakan tes itu penting dalam menentukan moralitas rekrutan. Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] mengatakan mereka "tidak memiliki validitas ilmiah" dan penampilan selaput dara bukanlah indikator hubungan seksual telah terjadi.
Kasad Jenderal Andika Perkasa mengatakan kepada pers pada Selasa [10/8] bahwa tes semacam itu tidak lagi dilakukan di TNI AD.
"Apakah selaput dara robek atau sebagian pecah adalah bagian dari pemeriksaan ... sekarang tidak ada lagi itu," katanya, dalam komentar yang dikonfirmasi oleh juru bicara militer.
Andika pekan lalu mengatakan, proses seleksi tentara untuk rekrutan laki-laki dan perempuan harus berimbang.
TNI Angkatan Laut [AL] melakukan tes kehamilan pada pelamar wanita, tetapi tidak ada tes keperawanan khusus, kata Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan pada Rabu, menambahkan "baik pria dan wanita menjalani pemeriksaan yang sama".
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara [Kadispenau] Marsekal Pertama TNI Indan Gilang mengatakan tes reproduksi wanita dilakukan untuk memeriksa kista atau komplikasi lain yang dapat mengganggu kemampuan rekrutan untuk melayani, menambahkan bahwa "tes keperawanan" tidak ada dalam terminologi TNI AU.
Kelompok hak asasi manusia menyambut baik pengumuman bahwa Tentara Nasional Indonesia [TNI] telah menghentikan praktik tersebut.
"Tidak pernah ada kebutuhan untuk tes," kata Andy Yentriyani, ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Andreas Harsono, peneliti Indonesia di HRW mengatakan adalah "hal yang benar untuk dilakukan", menambahkan praktik itu "merendahkan, diskriminatif, dan traumatis".
Dia mengatakan HRW telah berbicara dengan lebih dari 100 rekrutan militer wanita yang menjalani tes, salah satunya mengatakan dia menjadi sasarannya pada 1965, seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.
THE INDONESIAN army has ended a controversial practice of virginity tests on women who apply to become cadets, according to its chief of staff, a move welcomed by activists who have long campaigned against it.
"Two-finger tests", where doctors check the hymen of female recruits to try to determine their virginity, was systematic, abusive and cruel, according to the New York-based Human Rights Watch (HRW), which conducted investigations in 2014 https://bit.ly/2VKXX9R and 2015 https://bit.ly/3jCyes4 into the practice and in 2017 https://bit.ly/3fRDpDD renewed calls for it to end.
The military previously said the tests were important in determining recruits' morality. The World Health Organization has said they have "no scientific validity" and the appearance of a hymen was not a reliable indicator of intercourse.
Andika Perkasa, the Indonesian army chief of staff, told reporters on Tuesday that such tests no longer took place in the army.
"Whether the hymen was ruptured or partially ruptured was part of the examination ... now there's no more of that," he said, in comments that were confirmed by a military spokesman.
Andika last week said that the army selection process for male and female recruits must be equal.
The navy conducted pregnancy tests on women applicants, but no specific virginity tests, its spokesperson Julius Widjojono said on Wednesday, adding "both men and women undergo the same examinations".
Indan Gilang, an air force spokesperson, said female reproduction tests were undertaken to check for cysts or other complications that could impair recruits' ability to serve, adding that "virginity tests" did not exist in the force's terminology.
Human rights groups welcomed the announcement that the army had ceased the practice.
"There was never any need for the tests," said Andy Yentriyani, head of the National Commission on Violence Against Women (Komnas Perempuan).
Andreas Harsono, Indonesia researcher at HRW said it was "the right thing to do", adding the practice was "degrading, discriminatory, and traumatic".
He said HRW had spoken to more than 100 female military recruits who underwent the tests, one of whom said she was subjected to it in 1965.