Wartawan Indonesia Bertemu PM Benjamin Netanyahu jadi Sorotan Media Israel

Netanyahu to Indonesian Journalists: Time to Establish Formal Ties

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Wartawan Indonesia Bertemu PM Benjamin Netanyahu jadi Sorotan Media Israel
PM Israel Benjamin Netanyahu (ke-3 kiri) bersama lima wartawan Indonesia yang mengunjungi Israel (Foto: timesofisrael.com)

ISRAEL kini melihat ke kawasan Timur dunia untuk meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan dan perdagangan, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Senin (28/3) menyerukan pembukaan hubungan diplomatik resmi dengan negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia, Indonesia.

"Sudah waktunya untuk menjalin hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel. Kedua negara memiliki banyak peluang kerjasama bilateral, khususnya di bidang teknologi air berteknologi tinggi," kata Netanyahu saat menerima kunjungan lima wartawan Indonesia di Israel pada Senin.

Upaya membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia yang berpenduduk 250 juta jiwa dan mayoritas Muslim akan menjadi penentu bagi Netanyahu dalam upayanya membuka hubungan yang lebih dalam dengan negara-negara Arab moderat dan kekuatan ekonomi di Asia Tenggara (ASEAN). Namun, Jakarta adalah pendukung setia Palestina dan tidak berpikir untuk mempertimbangkan meningkatkan hubungan dengan Israel.

Netanyahu optimis peningkatan hubungan akan terwujud karena dipicu oleh upaya memberantas terorisme dan faktor ekonomi, memicu peningkatan hubungan rahasia antara Israel dan dunia Arab.

"Sudah waktunya untuk mengubah hubungan kami, karena alasan untuk menghalangi upaya tersebut tidak lagi relevan,", dia menambahkan bahwa Yerusalem dan Jakarta adalah "sekutu" terhadap ancaman terorisme.

PM Israel mengatakan kepada lima wartawan Indonesia - yang datang berkunjung ke Israel sebagai tamu dari Kementerian Luar Negeri - "Saya punya beberapa teman di Facebook yang berasal dari Indonesia."

Informasi terkait pertemuan Benjamin Netanyahu dengan delegasi wartawan Indonesia itu diunggah dalam situs resmi Kementerian Luar Negeri Israel, Senin (28/03). Tak disebutkan nama-nama dan asal media para wartawan yang terlibat dalam pertemuan itu, seperti dikutip The Times of Israel dan The Jerusalem Post.

Awal bulan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Tzipi Hotovely mengatakan kepada anggota parlemen, Knesset bahwa Israel memiliki hubungan rahasia dengan Jakarta, saat pemerintah Israel mencekal kunjungan Menteri Luar Negeri RI untuk memasuki Tepi Barat karena dia tidak berencana untuk mengunjungi Yerusalem selama kunjungannya ke wilayah tersebut.

Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi telah dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas dan Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dalam kaitan kegiatan Menteri Marsudi untuk membuka kantor konsulat kehormatan di Ramallah, namun terpaksa memindahkan pertemuan ke Amman.

Gagalnya kunjungan Menlu Marsudi ke Ramallah berlangsung sepekan setelah Konferensi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam di Jakarta yang membahas masa depan Palestina, dan diserukannya langkah boikot terhadap produk-produk Israel yang dibuat di Tepi Barat.

Hotovely mengatakan kepada anggota Knesset bahwa seorang pejabat senior Israel melakukan perjalanan ke Indonesia menjelang kunjungan dalam upaya untuk mengkoordinasikan perjalanan kelima wartawan Indonesia ke Israel dan mencegah kemarahan publik.

Meskipun kedua negara tidak menjalin hubungan diplomatik resmi, Hotovely mengungkapkan kedua negara mempertahankan hubungan bilateral rahasia "pada berbagai isu."

"Ada kontak rahasia dengan Indonesia, meskipun kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik."
 
Situs berita The Times of Israel  melansir bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia dan Israel telah menandatangani sejumlah perjanjian perdagangan yang bertujuan untuk mendorong arus barang antara kedua negara.

Indonesia mengekspor lebih dari US$100 juta sejumlah produk ekspor ke Israel pada 2015 dan nilai impor hampir mencapai US$80 juta atas produk-produk Israel, seperti dilansir Jakarta Post.

AS ISRAEL increasingly looks to the East for security and trade cooperation, Prime Minister Benjamin Netanyahu called Monday for the establishment of official diplomatic relations with the world’s most populous Muslim country, Indonesia.

“It’s time for there to be official relations between Indonesia and Israel. We have many opportunities for bilateral cooperation, especially in the fields of water technology and high-tech,” he told a visiting delegation of Indonesian journalists on Monday.

The brokering of ties with Indonesia and its population of some 250 million Muslims would be a major coup for Netanyahu and his bid to foster deeper ties with moderate Arab states and Asian economic powerhouses. However, Jakarta is a staunch supporter of the Palestinian cause and is not thought to be considering upping its relationship with Jerusalem.

Netanyahu said the fostering of ties would come as part of shifting allegiances driven by anti-terror efforts and economic factors, hailing growing yet secret ties between Israel and the Arab world.

“It’s time to change our relationship, because the reasons preventing it are no longer relevant,” he said, adding that Jerusalem and Jakarta were “allies” against the common threat of terrorism.

The prime minister told the delegation — visiting Israel as guests of the Foreign Ministry — “I have quite a few Facebook friends who are Indonesian.”

Earlier this month, Deputy Foreign Minister Tzipi Hotovely told Knesset members that Israel had secret ties with Jakarta, while defending Jerusalem’s decision to block Indonesia’s foreign minister from entering the West Bank because she did not plan to visit Jerusalem during her visit to the region.

Retno Lestari Priansari Marsudi had been slated to meet with Palestinian Authority President Mahmoud Abbas and PA Foreign Minister Riyad al-Maliki to inaugurate an honorary consulate in Ramallah, but was forced to move the meeting to Amman.

Marsudi’s unsuccessful visit to Ramallah came a week after Indonesia held the 5th Extraordinary Organization of Islamic Cooperation Summit on Palestine and Al-Quds Al-Sharif, which discussed the possibility of boycotting Israeli products made in the West Bank.

Hotovely told Knesset members that a senior Israeli official traveled to Indonesia ahead of the visit in an attempt to coordinate the trip and avert a public row.

Despite the dearth of official diplomatic ties, Hotovely revealed the two countries maintain covert bilateral ties “on a range of issues.”

“There have been secret contacts with Indonesia, with which we don’t have diplomatic relations."

In recent years, Indonesia and Israel have signed a number of trade agreements aimed at encouraging the flow of goods between the two countries.

Indonesia exported over $100 million (NIS 387 million) worth of goods to Israel in 2015 and imported nearly $80 million (NIS 310 million) in goods from Israel, according to the Jakarta Post.

According to a 2014 BBC poll, approximately 75 percent of Indonesians hold a negative view of Israel.