Raja Albert dari Belgia Turun Tahta setelah 20 Tahun Berkuasa

King Albert of Belgium Abdicated after a 20-Year Reign

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Raja Albert dari Belgia Turun Tahta setelah 20 Tahun Berkuasa
Raja Philippe setelah disumpah memeluk ayahnya, Raja Albert II disaksikan Ratu Paola, ibunya (insert). Raja Philippe bersama istrinya, Mathilde dan keempat anaknya melambaikan tangan kepada rakyat Belgia di depan Istana Kerajaan. (Foto2: Mail Online)

RAJA Albert dari Belgia turun tahta hari ini setelah memerintah selama 20 tahun, untuk membuka jalan bagi putranya, Philippe, mengambil alih peran sebagai raja ketujuh dalam peringatan hari nasional.

Raja berusia 79-tahun menyerahkan tahtanya sebagai penguasa melalui upacara seremonial di Istana Kerajaan di hadapan Perdana Menteri Elio Di Rupo, yang memegang kekuasaan politik saat ini dalam demokrasi parlementer yang diberlakukan di Belgia sejak 183 tahun lalu.

Negara di Eropa ini akan dipimpin seorang raja baru, Pangeran Philippe, 53, yang mengambil sumpah sebelum legislator di Parlemen berjalan kaki  menuju Royal Park di di jantung kota Brussel.

Raja yang pensiun mengatakan: 'Belgia berada di era modernisasi dan hal itu membuat saya gembira."

Dia kemudian menyerukan dukungan dari 6 juta penduduk berbahasa Belanda dan 4,5 juta warga yang berbahasa Prancis untuk bersatu, seperti dilansir Mail Online.

Mantan Raja mengambil keputusan yang tidak biasa untuk melepaskan tahta setelah tiga minggu lalu menderita sakit.

Di bawah lampu kristal di aula emas di Istana Kerajaan, PM Di Rupo menyebut Raja Albert sebagai 'pemimpin besar'.

Dia menambahkan: "Anda menutup halaman penting dalam sejarah negara Belgia."

Sebelumnya, Albert dan Philippe berbaur dengan rayat di bawah langit biru kerajaan mengikuti

upacara di Katedral St Michael dan Saint Gudula dalam upacara turun tahta tersebut.

Raja Albert mengumumkan rencana pengunduran dirinya kurang dari tiga minggu lalu, jadi ada waktu untuk mengubah upacara tersebut menjadi event besar berskala internasional.

Tidak ada bangsawan asing pada upacara tersebut. Sejak transisi kerajaan bertepatan dengan perayaan hari nasional Belgia, parade militer sudah direncanakan.

Philippe akan menghadapi tugas berat dalam beberapa bulan mendatang. Bangsa Belgiga terbelah, dibagi dengan bahasa, menggelar pemilihan parlemen pada Juni 2014 di tengah keinginan otonomi yang lebih luas bagi pengguna dua bahasa yang berbeda.

Setelah pemilu terakhir pada 2010, butuh waktu 541 hari sebelum pemerintah dapat dibentuk di tengah perseteruan tentang berapa banyak kekuatan yang  harus dikurangi dari pemerintah pusat bagi kepentingan rakyat yang terpisah oleh dua bahasa.
Berbeda dengan lima pendahulunya, Raja Albert mencoba untuk menghindari politik sebanyak mungkin dan penggantinya diharapkan melakukan hal yang sama.

Pangeran Philippe telah dipersiapkan untuk bekerja sebagai pemimpin delegasi perdagangan luar negeri selama dua dekade terakhir.

"Dia adalah orang yang sangat bijaksana, orang yang sangat baik disiapkan," kata Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso, yang menghadiri upacara tersebut.

"Dia tahu politik Belgia maupun Eropa dengan sangat baik."

KING Albert of Belgium abdicated earlier today after a 20-year reign, clearing the way for his son, Philippe, to take over as this fractured nation's seventh king later in the day.

The 79-year-old signed away his rights as the kingdom's largely ceremonial ruler at the Royal Palace in the presence of Prime Minister Elio Di Rupo, who holds the political power in this 183-year-old parliamentary democracy.

The country will get a new king when Prince Philippe, 53, takes the oath before the nation's legislators at the Parliament building a short walk across the Royal Park in the heart of the city.

The outgoing king said: 'Belgium is modernizing itself and it gives me joy.'

He then called for continued cohesion between the nation's 6 million Dutch-speaking Flemings and 4.5 million French-speakers.

The former King took the unusual decision to abdicate just three weeks ago on health grounds.

Under crystal chandeliers in a gilded hall at the Royal Palace, Di Rupo called Albert 'a great head of state'.

He added: 'You are closing an important page in the history of our country.'
 
Earlier both Albert and Philippe mingled with the crowds under a royal blue sky following a Catholic ceremony at the Cathedral of St Michael and Saint Gudula that set off the festivities.

King Albert announced his abdication plans less than three weeks ago, so there was little time to turn the occasion into a huge international event.

No foreign royals were at the ceremony. Since the royal transition coincides with Belgium's national day celebrations, a military parade had already been planned.

 Philippe will face a tough task in the coming months. The fractious nation, divided by language, holds parliamentary elections in June 2014 amid calls for even more autonomy for the language groups.

After the last elections in 2010, it took a record 541 days before a government could be formed amid bickering about how much more power should be sapped from the central state to profit the separate language groups.

Unlike his five predecessors, King Albert tried to avoid politics as much as possible and his successor is expected to do the same.

Prince Philippe has been groomed for the job as a leader of foreign trade delegations over the past two decades.
'He is a very wise person, a person who is very well prepared,' said EU Commission President Jose Manuel Barroso, who attended the ceremony.

'He knows the politics of Belgium and Europe very well.'