Warga Australia Terbang Ribuan Mil Hanya untuk Cicipi Makanan di Pesawat
The Best (and Worst) Dishes at 35,000ft According to an In-flight Food Addict
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
MAKANAN di pesawat tidak selalu bagus reputasinya - terutama jika Anda bepergian di kelas ekonomi pada maskapai penerbangan murah. Namun bagi seseorang, sajian hidangan di pesawat menjadi magnet yang membuatnya berulang kali terbang.
Selama empat tahun terakhir, mantan ekspatriat Australia, Nik Loukas menempuh ratusan penerbangan hanya sekadar mencicipi sampel kuliner dari berbagai maskapai. Sepanjang penerbangan, dia makan semuanya mulai steak dan lobster hingga sate dan sushi - dan dia tentunya layak memberi rekomendasi tentang in-flight food yang terbaik, dan terburuk, tentang makanan di pesawat.
Kini, pecandu makanan maskapai tengah menyiapkan film dokumenter tentang subyek yang disukainya ini.
Berbicara kepada Travel MailOnline, Loukas mengatakan bahwa gairahnya dimulai pada 2011 ketika ia pindah dari Australia ke Eropa.
Saat ia bekerja di industri penerbangan, sekitar 30 persen dari waktunya dihabiskan di udara untuk bekerja.
Dia mulai mengumpulkan menu dan segera mengunggah ke dalam website-nya, www.inflightfeed.com, di mana dia kini memiliki katalog tentang penerbangan dan berita dari industri penerbangan.
Sejak blog ini didirikan pada 2012, dia telah melakukan 400 penerbangan, kalau dihitung mencapai lebih dari 400.000 mil - atau 17 kali keliling dunia.
Penikmat perjalanan udara yang bermukim di Dublin kepada MailOnline Travel mengaku: "Saya menyukai segala sesuatu tentang makanan di pesawat jet komersial. Saya ingin menunjukkan kepada penumpang tentang makanan yang bisa mereka santap di udara.
'Hidangan di pesawat tidak memiliki reputasi yang baik. Saya hanya ingin menunjukkan kepada publik bahwa masih ada pilihan menarik di luar sana."
Salah satu yang terbaik adalah makanan pre-ordered di pada FlyNiki di Austria, anak perusahaan Air Berlin.
Hanya dengan harga Rp250.000. Loukas dapat menikmati 'schnitzel ayam terbaik di ketinggian 35.000 kaki', yang disajikan dengan kentang peterseli dan salad berikut mousse au chocolat.
Pilihan alternatif di kabin pesawat, untuk harga yang sama, adalah antipasti Italia yakni Prosciutto di Parma dengan versi sederhana dari salad Caprese, sayuran panggang Mediterania dan tiramisu untuk pencuci mulut.
Pada kesempatan lain, ketika ia terbang dengan Japan Airlines, ia mendapat camilan dari KFC sebagai salah satu makanannya.
KFC makan adalah hidangan musiman yang mengikuti tradisi Jepang dengan sajian KFC untuk Natal.
Loukas, yang mengatakan bahwa ia melakukan perjalanan dan mengumpulkan aneka menu, dan sekarang foto-foto, untuk bersenang-senang, menghabiskan sejumlah besar tabungannya pada penerbangan tetapi juga mengambil keuntungan dari poin maskapai yang ditukarnya untuk pindah ke kelas bisnis dan upgrade ke kabin first class.
Penggemar makanan maskapai ini mengaku: "Kadang-kadang saya melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencicipi makanan. Baru-baru ini, saya terbang dari Paris ke Taipei dengan EVA Air hanya untuk mencicipi Hello Kitty mereka."
Menu itu, kata dia, sangat mengesankan - paling tidak karena itu dirancang untuk anak-anak dan penumpang lain kelihatan bingung dengan pilihan menu yang dia pilih.
Dia mengatakan: 'Semua orang menatapku dan saya malu banget sehingga ingin keluar dari kabin melalui jendela.'
Namun, makanan ternyata menjadi lebih baik, meskipun 'ada banyak cokelat' dan dia ingat itu pilihan untuk anak-anak.
Pada perjalanan barunya dia melakukan perjalanan panjang ke India selama empat hari dan sebagian besar waktunya dihabiskan di udara, mencicipi menu yang ditawarkan beberapa maskapai lokal.
Sekarang, sekitar 50 persen dari penerbangan yang Loukas tempuh hanya untuk mencicip makanannya dan dia juga akan melakukan perjalanan dengan maskapai tertentu hanya untuk mencoba makanan mereka.
Dia mengatakan: 'Pasangan saya selalu mengeluh bahwa saya selalu pergi ke suatu tempat."
Ada inovasi konstan dalam makanan maskapai penerbangan yang ingin dijelajahi Loukas.
Misalnya, ia mengakui bahwa ia belum benar-benar terbang pada setiap penerbangan Afrika dan ingin mencoba Ethiopian Airlines.
Dia juga mendengar bahwa South African Airways baru saja mengubah katering mereka sehingga ada lagi maskapai yang masuk daftarnya, seperti dilansir MailOnline.
AIRLINE food doesn't always have the best reputation - especially if you're travelling in economy or with a budget carrier. But for one man, the joy of flying is all about the food served on board.
For the last four years, Australian ex-pat Nik Loukas has hopped on hundreds of flights just to sample their culinary offering. Along the way, he's eaten everything from steak and lobster to satay and sushi - and he can certainly tell you which airlines have the best, and the worst, food.
Now, the airline food addict is looking to make a documentary about the subject.
Speaking to MailOnline Travel, Loukas said that his passion began in 2011 when he moved from Australia to Europe.
As he worked in the airline industry, around 30 per cent of his time is spent in the air for work.
He started collecting menus and soon built these into his website, www.inflightfeed.com, where he now catalogs his own flights as well as news from the industry.
Since the blog was founded in 2012, he's taken over 400 flights, tallying up to more than 400,000 miles - or 17 times around the world.
The Dublin-based frequent flier told MailOnline Travel: 'I love everything about airline meals. I wanted to show passengers what they could eat in the air.
'Airline food doesn't have a good reputation. I just want to show people that there are interesting choices out there.'
An example of this was a pre-ordered meal on FlyNiki, an Austrian-based subsidiary of Air Berlin.
For just €14 (£12.12), Loukas received 'the best chicken schnitzel at 35,000ft', which was served with parsley potatoes and came with a side salad and a mousse au chocolat.
An alternative option on the flight, for the same price, was an Italian antipasti platter featuring Prosciutto di Parma with a simple version of a Caprese salad, grilled Mediterranean vegetables and a tiramisu for dessert.
On another occasion, when he flew with Japan Airlines, he was served a snack from KFC as one of his meals.
The KFC meal was a seasonal offering that followed the Japanese tradition of having KFC for Christmas.
Loukas, who says that he travels and collects these menus, and now photographs, for fun, spends a substantial amount of his savings on the flights but also takes advantage of his frequently flier points for business and first class upgrades.
The airline food enthusiast said: 'Sometimes I travel to a destination just to sample the food. Recently, I flew from Paris to Taipei with EVA Air just to try their Hello Kitty meal.'
That offering, he said, was very memorable - not least because it was designed for children and his fellow travellers were more than a little baffled by his meal option.
He said: 'Everyone was staring at me and I just wanted to fall through a hole in the cabin.'
However, the meal turned out to be rather good, although 'there was a lot of chocolate' considering it was a children's option.
On another recent trip he travelled all the way to India for just four days and most of the time there was spent in the air, sampling the food offered on board some of the local airlines.
Now, around 50 per cent of the flights that Loukas takes is centred around food and he would also travel with a specific airline just to try their food.
He said: 'My partner is always complaining that I'm always going somewhere.'
There's constant innovations in the airline food world that Loukas wants to explore.
For example, he admits that he hasn't really flown on any African airlines and wants to try Ethiopian Airlines.
He's also heard that South African Airways have just changed their caterer so that's another one to add to his list.