Kementan Berupaya Petani Muda jadi Inovator Bukan Konsumen Teknologi

EPIS of South Korea Support Indonesian Govt to Developing Smart Farming

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan Berupaya Petani Muda jadi Inovator Bukan Konsumen Teknologi
BPPSDMP KEMENTAN: Kelima petani muda dan pimpinan EPIS Korea bersama Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah [ke-3 kiri] pada Closing Remarks kegiatan Workshop on K-Smart Farm Batch 3 di Seoul, Korsel.

Seoul, Korsel [B2B] - Pelatihan di mancanegara bagi para petani binaan Kementerian Pertanian RI seperti Workshop on K-Smart Farm Batch 3 di Korea Selatan, merupakan upaya pemerintah untuk mendukung dan mengawal para petani muda menjadi inovator, bukan sekadar pengguna teknologi canggih pertanian.

Saat ini Indonesia mengalami transisi teknologi signifikan. Digitalisasi merambah semua sektor, termasuk pertanian. Badan Pusat Statistik [BPS] melansir, kontribusi pertanian sekitar 13% pada Pendapatan Domestik Bruto [PDB]. Adopsi teknologi diharapkan meningkat, data menyebut hanya 18% atau sekitar 5,4 juta petani memanfaatkan teknologi modern.

Komitmen Pemerintah RI bagi petani muda mengembangkan teknologi pertanian, khususnya Smart Farming Korea [K-Smart Farm] dikemukakan oleh Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Siti Munifah di Seoul, Korea Selatan, Jumat [4/10] pada Closing Remarks to the Invitational Workshop Korea 2024 dari kegiatan Workshop on K-Smart Farm Batch 3.

Kegiatan pelatihan digelar oleh Korean Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries [EPIS] melalui koordinasi Kementerian Pertanian Korsel, Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs [MAFRA].

Upaya BPPSDMP Kementan bermitra dengan EPIS Korea, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pertanian konvensional namun harus menggunakan smart farming dan digitalisasi.

"Guna menerapkan semua itu, maka peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing mutlak dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern di masa depan," katanya.

Pernyataan senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti bahwa memasuki era industri 4,0, insan pertanian harus mulai memahami arti penting sistem digitalisasi serta teknologi dan inovasi.

"Teknologi dan inovasi sebagai modal utama dalam menarik generasi muda untuk menggeluti pertanian, baik secara keilmuan ataupun praktek langsung di lapang," katanya.

Closing Remarks
Kegiatan Closing Remarks dihadiri Direktur Divisi Internasional EPIS, Soyong Jung didampingi General Manager EPIS, Lee Kang Oh dan Project Manager of K-Smart Farm di Indonesia, Kwang Woo Lee serta sejumlah pejabat Kementan, widyaiswara dan dosen dari Unit Pelaksana Teknis [UPT] pelatihan dan pendidikan Kementan.

Lima petani muda Indonesia mengikuti workshop di Korea antara lain Rudy Adam dari Gorontalo, Diyah Rahmawati Wicak [Malang, Jatim], Herdiana Firmansyah [Pangandaran, Jabar], Agung Wirawan [Gowa, Sulsel], El Radhie Nour Ambiya [Aceh Besar, NAD].

Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah mengatakan pihaknya berkomitmen memfasilitasi alih teknologi dan pengetahuan dari para ahli, termasuk kolaborasi dengan spesialis dari Korea Selatan.

"Diakui, Korea telah menjadi pemain kunci dalam kemajuan teknologi pertanian di Indonesia melalui adopsi teknologi. Kami berharap hal ini akan mendorong jaringan kolaboratif antara petani muda dari Korea dan Indonesia," katanya.

Siti Munifah menambahkan, dalam pelatihan lokal tentang program K-Smart Farm, sekitar 278 petani milenial [terdiri atas 200 petani muda mengikuti pelatihan jangka pendek dan 78 petani muda mengikuti pelatihan jangka panjangtelah menerima pelatihan langsung dari para ahli Korea sejak 2022.

"Kami meyakini, dengan dukungan yang tepat, para petani muda akan mampu menciptakan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan penghidupan mereka," kata Siti Munifah.

Dia mengapresiasi dukungan EPIS dan MAFRA atas kesempatan yang diberikan kepada tiga kelompok peserta sejak tahun 2022 untuk mempelajari dan mengamati berbagai teknologi pertanian inovatif di Korea.

"Kegiatan workshop tidak hanya menawarkan wawasan mendalam tentang praktik pertanian cerdas, juga ciptakan ruang bagi para peserta untuk terlibat dalam diskusi dan berinteraksi dengan para ahli di bidang pertanian," katanya.

Siti Munifah berharap pengalaman yang diperoleh peserta selama Workshop on K-Smart Farm Batch pertama hingga ketiga, akan menumbuhkan semangat inovasi dan kolaborasi dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia.

"Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama memberikan dukungan penuh kepada para petani muda. Masa depan pertanian Indonesia berada di tangan mereka," ungkapnya.

Dengan kolaborasi, pelatihan, pendidikan, dan akses yang lebih baik, kata Siti Munifah, kita dapat menciptakan sektor pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. [liene/febi]

Seoul of South Korea [B2B] - Through all these efforts, Indonesian government hope that millennial farmers will not only become consumers of technology but also innovators in the field of agriculture.

Indonesian government believe that with the right support, they will be able to create sustainable and environmentally friendly solutions, while also improving their livelihoods.

Indonesia is currently undergoing a significant technological transition, with digitalization permeating all sectors, including agriculture. According to reports from the Central Statistics Agency, the agricultural sector still contributes around 13% to the GDP, and it is hoped that with the adoption of technology, we can increase this figure. However, data shows that only 18% (around 5,4 million) of farmers are utilizing modern technology.

Indonesian government is committed to facilitating knowledge transfer from experts, including collaboration with specialists from South Korea. In local training on K-Smart Farm programs, around 278 millennial farmers consists of: 200 millennial farmers participated in short term training and 78 millennial farmers participated in long term training have received direct training from Korean experts.

Through all these initiatives, we hope that millennial farmers in Indonesia can become pioneers in agricultural innovation. With close collaboration between central government, local governments, the private sector, and civil society, we can build a more sustainable and competitive future for agriculture.

Korea has become a key player in the advancement of agricultural technology in Indonesia through the adoption of technology, and we hope this will foster a collaborative network between millennial farmers from Korea and Indonesia.

Korea has become a key player in the advancement of agricultural technology in Indonesia through the adoption of technology, and we hope this will foster a collaborative network between millennial farmers from Korea and Indonesia.

In conclusion, let us collectively provide our full support to our millennial farmers. The future of Indonesian agriculture lies in their hands. With collaboration, training, education, and better access, we can create a more modern and sustainable agricultural sector.