Antisipasi El Nino, Politeknik Enjiniring Kementan `Berguru` Ke BSIP Agroklimat

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s PEPI Serpong

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Antisipasi El Nino, Politeknik Enjiniring Kementan `Berguru` Ke BSIP Agroklimat
PEPI SERPONG: Wakil Direktur I PEPI Serpong, Andy Saryoko [duduk kiri] bersama pimpinan BSIP Agroklimat Kementan dan mahasiswa/i PEPI Prodi Tata Air Pertanian usai kegiatan studi banding pada BSIP Agroklimat di Ciwaringin, Kota Bogor. [Foto: PEPI/Adist]

Bogor, Jabar [B2B] - Menghadapi fenomena El Nino yang diperkirakan berlangsung pada Juli dan Agustus,  Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia [PEPI] lingkup Kementerian Pertanian RI ´berguru´ melalui kegiatan studi banding di Balai Standarisasi Instrumen Pertanian [BSIP] Agroklimat di Ciwaringin, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat pada Selasa [4/7].

Kunjungan yang dilakukan oleh Program Studi [Prodi] Tata Air Pertanian tersebut bertujuan mendapatkan sharing ilmu terkait pemanfaatan data klimatologi dan hidrologi sektor pertanian.

Kunjungan PEPI di BSIP Agroklimat dipimpin Wakil Direktur I PEPI, Andy Saryoko dilakukan sebagai langkah dalam menyiapkan Rencana Aksi Mitigasi Risiko dari dampak El Nino, yang ditandai cuaca kemarau dan turunnya curah hujan.

Upaya PEPI sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang meminta kepada seluruh jajarannya, untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi El Nino 2023.

Berdasarkan data Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] memperkirakan El Nino mulai terjadi pada Juli dan Agustus 2023.

Mentan Syahrul mendorong para petani indonesia untuk siap dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis pangan global dunia.

Mentan Syahrul memastikan kesiapan jajaran Kementan melakukan langkah-langkah preventif menghadapi ancaman global El Nino serta mengharapkan persiapan pemerintah daerah ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapi iklim ekstrim ini.

“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal 2024,” katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa El Nino tidak bisa dicegah, hanya bisa dihadapi dengan antisipasi dan mitigasi yang tepat, sehingga perlu strategi khusus untuk menghadapinya.

"El Nino adalah salah satu fenomena sebagai dampak dari perubahan iklim, selain itu ada juga La Nina dan serangan organisme pengganggu tanaman [OPT] yang luar biasa. El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya," katanya.

Di sisi lain, kata Dedi Nursyamsi, pertanian perlu air dan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Saat terjadi El Nino akan menjadi masalah yang sangat besar, begitu air terganggu maka produktivitas terganggu, artinya produksi menurun secara drastis.

Direktur PEPI Muharfiza mengatakan sebagai insan pertanian, petani dan penyuluh wajib tahu dan paham apa yang harus dilakukan.

"Sekarang bahkan bukan hanya antisipasi, juga adaptasi dan mitigasi karena hanya itulah yang bisa dilakukan agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan,” katanya.

Ketua Prodi Tata Air Pertanian, Rahmat Hanif Anasiru menuturkan pihaknya akan mempersiapkan diri sebaik mungkin terutama dalam memahami konsep dan penerapaan teknik pemanfaatan dan pengelolaan iklim dan air di sektor pertanian.

“Kami kenalkan teknologi pengelolaan iklim di BSIP Agroklimat kepada mahasiswa agar nantinya mereka dapat menghadirkan teknologi lainnya seperti kontribusi si Katam ini dalam pengembangan kebijakan serta pengelolaan air pada lahan gambut untuk komoditas perkebunan,” kata Anasiru.

Selain pemaparan materi yang disampaikan BSIP Agroklimat, kegiatan ditutup dengan kunjungan ke sarana dan prasarana instrumen agroklimat dan hidrologi, meliputi rumah kaca [green house], stasiun iklim otomatis [automatic weather station/aws], long storage dan embung mini serta laboratorium agrohidromat. [andriwan/timhumaspepiserpong]

Bogor of West Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the PEPI to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Programme or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.