Kearifan Lokal Bali, Subak Potensial Dukung Gapoktan Kembangkan Ekonomi Petani
Subak, Bali`s Irrigation Organization has the Potential to Support Indonesian Farmers
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Denpasar, Bali [B2B] - Subak, organisasi pengairan tradisional untuk lahan pertanian di Bali memiliki fungsi ganda yang peran dan manfaatnya dapat ditingkatkan menjadi lembaga ekonomis, dalam meningkatkan pendapatan dan ekonomi yang terhimpun dalam wadah Subak menjadi gabungan kelompok tani [Gapoktan] untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi petani [KEP] dari petani-petani yang terhimpun dalam wadah Subak lainnya yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali, dan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Kementerian Pertanian RI menilai pemberdayaan petani melalui lembaga ekonomi seperti Subak, sebagai kearifan lokal Bali karena di sejumlah negara menunjukkan bahwa ´organisasi irigasi´ yang tumbuh di negara agraris juga berperan ganda seperti di India dan Bangladesh, maka tujuan utama dari pengembangan Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian [Simluhtan] adalah pemberdayaan ekonomi petani dengan meningkatkan produksi hasil pertanian yang memberi manfaat dan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan petani.
"Tujuan utama dari pengembangan Simluhtan adalah pemberdayaan ekonomi petani, maka Subak sebagai lembaga berhimpunnya petani dan masyarakat pedesaan di Bali mampu mengembangkan lembaga yang mengadopsi teknologi dan berorientasi pasar, dengan memanfaatkannya sebagai wadah untuk menampung dan mengembangkan potensi petani di seluruh Bali," kata Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Pusluhtan, I Wayan Ediana pada sosialisasi verifikasi dan validasi [Verval Simluhtan] di Denpasar, Bali pada Senin [23/9].
Sebagaimana diketahui, Subak merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Bali, kata tersebut pertama kali dilihat di dalam prasasti Pandak Bandung yang memiliki angka tahun 1072 M. Kata Subak tersebut mengacu kepada sebuah lembaga sosial dan keagamaan yang unik, memiliki pengaturan tersendiri, asosiasi-asosiasi yang demokratis dari petani dalam menetapkan penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi.
Gagasan tentang Subak menjadi Gapoktan menjadi ´bahan diskusi´ yang menarik dari kegiatan sosialisasi Verval Simluhtan, seperti dilontarkan Alit Aria Wiguna, penyuluh utama dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Bali "bahwa Subak bagi masyarakat Bali tidak hanya sekedar sistem irigasi, tetapi juga merupakan konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan rakyat Bali, Subak adalah gambaran langsung dari filosofi Tri Hita Karana tersebut sehingga mampu bertahan ratusan tahun."
Menurut Alit, sebagai suatu metode penataan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya taat kepada tradisi leluhur. Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.
"Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura. Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di Bali," kata Alit.
Diskusi tentang Subak di antara peserta sosialisasi berlangsung hampir satu jam, dan sepakat mempertahankan Subak sebagai kearifan lokal Bali yang perannya ´disandingkan´ dengan perkembangan jaman menjadi kelembagaan ekonomi petani semacam kelompok tani [Poktan] dan Gapoktan tanpa menafikan peran Subak sebagai organisasi pengairan tradisional untuk lahan pertanian di Bali.
"Bukankah dalam Subak atau biasa disebut dengan Krama Subak adalah para petani yang memiliki garapan sawah dan mendapatkan bagian air pada sawahnya. Krama Subak digolongkan menjadi tiga yaitu krama aktif, krama pasif dan krama luput, yang tidak aktif di dalam segala macam kegiatan Subak karena tugasnya seperti kepala desa," kata I Wayan Ediana asal Tabanan, Bali, yang hadir di Denpasar mewakili mewakili Leli Nuryati, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP Kementan].
Laman baliglory.com menyebutkan bahwa pengurus/prajuru Subak terdiri atas Pekaseh atau Kelian yang bertugas sebagai kepala subak; Pangliman [Petajuh] bertugas menjadi wakil kepala subak; Peyarikan [juru tulis] sebagai sekretaris; Petengen [juru raksa] tugasnya sebagai bendahara.
"Kementan melalui Simluhtan melakukan pendekatan pada Subak sebagai salah satu kearifan lokal terkait pertanian di Indonesia, tentu akan lebih mudah mendorong dan membangkitkan semangat petani Bali dengan pendekatan Subak untuk mengembangkan potensi agribisnis di Bali," kata I Wayan Ediana. [Liene]
Denpasar, Bali [B2B] - Subak, the traditional irrigation organization for agricultural land in Bali has a dual function whose role and benefits can be increased to become an economic institution, in increasing the income and economy collected in Subak into farmer groups, according to the senior official of the agriculture ministry.