Tiga Pendekatan, Petani di Puncak `Piramida Terbalik` KEP Dukung KostraTani
Indonesian Farmers Determine the Success of Farmer`s Economic Institution
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Bogor, Jabar [B2B] - Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo [SYL] menganalogikan pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern mengikuti pola Piramida Terbalik, posisi di puncak adalah petani dan masyarakat, posisi tengah menggambarkan peran badan usaha milik negara [BUMN] dan swasta, pemerintah di posisi terbawah yang menggambarkan kontribusi dan porsinya paling sedikit, sebagai implementasi dari penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] mendukung Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] melalui tiga pola pendekatan.
"Gerakan pembangunan pertanian mengikuti pola Piramida Terbalik, posisi terbawah mencerminkan kontribusi dan porsi paling sedikit pemerintah, posisi selanjutnya menggambarkan peran BUMN dan swasta, dan porsi terbesar diperankan oleh petani dan masyarakat," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Prof Dedi Nursyamsi di Bogor, Jabar, Selasa [17/12] dalam arahannya sebagai keynote speaker pertemuan ´Penguatan KEP Mendukung KostraTani´.
Sesuai instruksi dan arahan Mentan SYL, maka Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] menggelorakan kembali semangat penyuluhan untuk penguatan KEP sebagai gerakan bersama membangun pertanian di tingkat kecamatan untuk membangun pertanian maju, mandiri dan modern.
"Harus difahami bahwa pembangunan pertanian bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah, tetapi tanggung jawab petani dan masyarakat termasuk BUMN dan swasta, karena itu disebut sebagai gerakan," kata Dedi Nursyamsi yang juga Penanggung Jawab KostraTani Nasional [PJ KostraTanas] didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan] Leli Nuryati dan Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan - Pusluhtan, I Wayan Ediana.
Menurutnya, Mentan mengelaborasi tiga pendekatan implementasi penguatan KEP mendukung KostraTani. Pertama, manajemen berjamaah, maksudnya adalah mengelola pertanian dari hulu hingga hilir, pertanian hulu harus mengakses modal untuk menghindari tengkulak.
"Kedua, inovasi teknologi pertanian sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Ketiga, gerakan kerja bersama menggerakkan pembangunan pertanian melalui balai penyuluhan pertanian [BPP] di kecamatan sebagai KostraTani, karena locus pertanian di wilayah kecamatan," kata Dedi Nursyamsi di hadapan 73 kepala bidang/kepala seksi dinas lingkup pertanian yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan di daerah.
Program Unggulan
Dia menambahkan bahwa KostraTani menjadi program unggulan 100 hari pertama kerja Mentan SYL sebagai ´pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran BPP dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam mewujudakan kedaulatan pangan nasional´.
KostraTani merupakan sinergi dan kolaborasi dari program seluruh unit eselon satu di Kementan. Pertama, pusat data dan informasi pertanian diselenggarakan Pusat Data dan Informasi Pertanian [Pusdatin] menyiapkan aplikasi sederhana yang mencakup data statistik dan sumber daya manusia pertanian dari eselon satui lingkup Kementan real time, kemudian diolah, dianalisis dan disajikan melalui Agricultural War Room [AWR].
Kedua, pusat pembelajaran dengan menyiapkan demo area 10.000 hektar untuk padi, 1.000 ekor ternak besar, 50.000 ekor ternak kecil, 200 hektar untuk hortikultura, dan 150 hektar untuk tanaman perkebunan.
Ketiga, pelayanan agribisnis melalui temu usaha pertanian, temu bisnis pertanian, field farming day [FFD[, penguatan brigade, bimbingan teknis pertanian, rembug desa, manajemen brigade, dan pengembangan KEP.
Keempat, pusat jejaring kerjasama dan kemitraan yang membuka akses dengan kementerian atau lembaga lainnya. Pihak swasta, dan off taker usaha, perbankan/unit.
Kelima, koordinasi pembangunan pertanian dengan berbagai pemangku kepentingan agar gerakan pembangunan pertanian berjalan seiring dan sejalan di tingkat kecamatan. [Liene]
Bogor of West Java [B2B] - Indonesian Agriculture Minister Syahrul Yasin Limpo analogues Indonesian agricultural development like an inverted pyramid pattern, the top positions are farmers and communities, middle positions of state-owned enterprises and private companies, the government in the lowest position which describes the contribution and the minimum portion, as an implementation of strengthening the Farmer´s Economic Institution [KEP] support the Strategic Command for Agricultural Development [KostraTani] through three approaches.