Terapkan CSA, Produk KEP Agro Purbo Tani Ajak Petani Pakai Pupuk Organik

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Loan Program

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Terapkan CSA, Produk KEP Agro Purbo Tani Ajak Petani Pakai Pupuk Organik
PROGRAM SIMURP: Pupuk organik cair dibuat dengan memanfaatkan urin sapi dan fermentasi buah-buahan sebagai bahan baku utamanya, sedangkan pupuk organik padat dibuat dari limbah ternak.

PUPUK organik telah menjadi fokus utama dalam pengembangan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Oleh karena itu, KEP Agro Purbo Tani sebagai salah satu Kelembagaan Ekonomi Petani di Desa Purbowangi Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah berkomitmen untuk mengembangkan pupuk organik sebagai alternatif yang lebih baik daripada pupuk kimia.

Inovasi Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] yang diusung Kementerian Pertanian RI bersama Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] berupaya menghadirkan SDM pertanian yang berwawasan iklim.

Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi Efek Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari residu kegiatan pertanian. Salah satunya dengan penggunaan pupuk organik, diharapkan bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia berlebihan yang dampaknya dapat mencemari lingkungan.

KEP Agro Purbo Tani sebagai produsen pupuk organik, telah mendapat bantuan dari SIMURP berupa bantuan Rp17,1 juta digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan pupuk organik.

Ketua KEP Agro Purbo Tani, Sarimin, pihaknya memproduksi pupuk organik cair dan padat. Pupuk organik cair dibuat dengan memanfaatkan urin sapi dan fermentasi buah-buahan sebagai bahan baku utamanya, sedangkan pupuk organik padat dibuat dari limbah ternak.

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman agar pemerintah daerah mendukung petani didampingi penyuluh mendukung dan menyukseskan Gerakan Tani Pro Organik [Genta Organik].

"Kami harapkan kepada gubernur, bupati/walikota, dan kepala dinasnya untuk turun tangan memberi dukungan secara maksimal," katanya.

Menurutnya, Genta Organik menjadi ´energi baru´ dalam menghadapi tantangan pertanian ke depannya, utamanya terkait dengan pupuk. Menjaga kesuburan tanah itu sangat penting dan menjadi kewajiban petani maka kewajiban pemerintah pusat dan daerah melatih petani.

Sementara Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP], Dedi Nursyamsi menambahkan penyubur tanah bukan hanya pupuk kimia juga pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah.

"Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah itu petani bisa buat sendiri asalkan ada kemauan. Artinya, untuk menyuburkan tanah tidak ada alasan gara-gara pupuk mahal kita diam," katanya.

Kendati  demikian, Dedi Nursyamsi menegaskan Genta Organik bukan berarti mengharamkan pupuk kimia. Pupuk anorganik masih boleh digunakan, dengan ketentuan tidak berlebihan atau mengikuti konsep pemupukan berimbang.

"Genta Organik bukan berarti mengharamkan pupuk kima. Jadi, di dalam Genta Organik untuk mengatasi pupuk mahal di dalamanya ada pupuk organik, pupuk hanyati, pembenah tanah dan pemupukan berimbang," katanya lagi.

Upaya tersebut sejalan tujuan Program SIMURP yang membidik modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR] dan Kementerian Dalam Negeri [Kemendagri] dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai [DAS].

Dengan berfokus pada pembuatan dan penerapan pupuk organik, KEP Agro Purbo Tani telah menunjukkan komitmen mereka untuk menerapkan Teknologi CSA salah satunya dengan penggunaan pupuk organik untuk pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Program SIMURP ini telah berkontribusi dalam mendorong kemajuan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Buayan khususnya.

Semoga semakin banyak kelompok tani lainnya yang mengadopsi Teknologi CSA dengan praktik pertanian organik untuk masa depan yang lebih baik. [timsimurpkementan]

THE OBJECTIVE objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 24 districts in 10 provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.