113 Negara di Ekuator
FAO Akui Indonesia sebagai `Tropical Agriculture Leader`
Dr SEPTALINA PRADINI SPi MSi
Perencana Ahli Madya
Kementerian Pertanian RI
INDONESIA dinyatakan sebagai negara yang terbaik dalam menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19 di antara 113 negara di wilayah Ekuator, sehingga layak menyandang predikat ´Tropical Agriculture Leader´ di kawasan tropis.
Predikat Indonesia sebagai ´Tropical Agriculture Leader´ dikemukakan oleh Direktur Jenderal Badan Pangan Dunia/Food and Agriculture Organization [FAO] Qu Dongyu pada Pertemuan Bilateral Agriculture Ministers Meeting [AMM] G20 di Bali, yang dibuka oleh Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.
"Indonesia adalah yang terbaik menjaga ketahanan pangannya di tengah pandemi Covid 19. Indonesia dinilai oleh FAO tangguh sehingga layak menyebutnya sebagai ´Tropical Agriculture Leader´ untuk wilayah di sekitar Ekuator," kata Qu Dongyu.
Sementara pada pembukaan AMM G20 Bali, Dirjen FAO Qu Dongyu pada keynote speech-nya menyatakan dukungan terhadap upaya Indonesia mengembangkan strategi e-Agriculture Nasional termasuk panduan integritas data pertanian dalam penggunaan informasi geospasial.
"Saat ini, dibutuhkan komitmen untuk menjadikan pertanian dunia lebih baik, sehingga dibutuhkan cara bekerja efisien, efektif dan inovatif. Sistem digital adalah masa depan pertanian dunia. Suka atau tidak suka, kita saat ini berada di fase transisi sektor pertanian,” kata Qu Dongyu.
Mentan Syahrul saat membuka AMM G20 di Bali menyatakan bahwa semangat ´Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat [Recover Together, Recover Stronger] diusung Indonesia untuk The G20 Presidency 2022, untuk mendorong negara anggota G20 bekerja sama mencapai pemulihan dunia yang lebih kuat dan berkelanjutan.
"Pangan merupakan hak asasi manusia atau human right sehingga perlu ada komitmen bersama untuk mengatasi persoalan krisis pangan," kata Mentan saat membuka AMM G20 di Bali.
Mentan Syahrul mengapresiasi kehadiran terhadap para delegasi yang hadir dan mengikuti kegiatan AMM G20 Indonesia di Hotel InterContinental Jimbaran Bali secara luring maupun daring.
AMM G20 Indonesia dihadiri oleh 177 delegasi asing, dengan 148 delegasi hadir offline, sisanya secara virtual. Delegasi asing yang hadir merupakan perwakilan dari seluruh anggota G20, tujuh negara undangan dan delapan organisasi internasional.
"Kehadiran seluruh delegasi di sini menunjukkan komitmen untuk mengatasi ancaman krisis pangan global dan dukungan penuh Saudara kepada Presidensi G20 Indonesia," katanya.
Tema Recover Together, Recover Stronger, kata Mentan Syahrul, mencerminkan semangat solidaritas G20 untuk bekerja sama dalam rangka pemulihan ekonomi dari dampak panjang perubahan iklim, disrupsi perdagangan global, dan pandemi Covid-19.
"Semangat tersebut kami bawa dalam diskusi Kelompok Kerja Pertanian (Agriculture Working Group/AWG) untuk memastikan pemenuhan pangan dan gizi bagi masyarakat dunia," tegasnya.
Dia menambahkan Laporan Status Ketahanan Pangan dan Gizi Dunia Tahun 2022 memperkirakan pandemi Covid-19 menyebabkan peningkatan kasus kekurangan gizi kronis bagi 150 juta orang, peningkatan kasus kelaparan antara 702 hingga 828 juta orang di dunia pada 2021 dan masih sekitar 670 juta orang menjelang tahun 2030, ini masih jauh dari target yang ditetapkan.
"Tantangan global tersebut menuntut negara-negara di dunia untuk mengambil tindakan segera dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Dia mengungkap tujuan tersebut untuk mendorong percepatan transformasi sistem pertanian dan pangan menjadi lebih efisien, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan serta memastikan produksi pangan, gizi, dan lingkungan yang lebih baik.
Mentan Syahrul menegaskan bahwa tidak boleh ada negara yang terlewatkan dan tertinggal. Dia juga mengatakan bahwa untuk mewujudkan itu semua, diperlukan kolaborasi yang solid.
"Saya ingin menegaskan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan saat ini dan di masa datang. Kami yakin, hanya dengan kolaborasi dan sinergi yang erat kita dapat mewujudkan Recover Together, Recover Stronger," tegasnya.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan Kelompok Kerja [Pokja] Pertanian AMM G20 berupaya untuk menjembatani kesenjangan yang mempengaruhi kinerja pertanian yang kurang baik di banyak negara [global].
"Hari ini, dunia berada pada titik balik. Baru keluar dari krisis Covid-19, kami optimis dalam mengidentifikasi langkah-langkah pemulihan dan memperkuat sistem pertanian pangan kami di tengah perubahan iklim," katanya.
Menurut Dedi Nursyamsi, predikat Indonesia sebagai ´Tropical Agriculture Leader´ memang sudah sepantasnya Indonesia menjadi percontohan Tropical Leader di Kawasan Equator, karena terbukti indonesia mencapai sistem pertanian-pangan tangguh dan mencapai swasembada beras.
"Selain itu Indonesia juga menjadi eksportir terbesar di dunia atas berbagai komoditas pertanian tropis seperti sawit, kopi, kakau, lada, porang, sarang walet, margot dan lainnya," katanya lagi.
Menurutnya, Forum AMM G20 Indonesia membahas tiga isu prioritas, pertama, mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan nondiskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan untuk semua.
Terakhir, kewirausahaan pertanian inovataif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di pedesaan.
Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis