Global Forum AMM G20
Generasi Milenial Harapan Baru Pertanian Dunia
TAYANGAN video YouTube tentang petani milenial Rayndra Syahdan Mahmudin meraih lebih sejuta viewers. Kontennya tentang pertanian, bukan hal heboh, namun tetap mampu viral lantaran ´janji bertani´ bisa bikin tajir generasi milenial. Asalkan, komitmen dan mau kerja keras serta konsisten menapak masa depan.
Judul videonya, ´Keren, Petani Muda Lulusan Polbangtan Ini Raup Omzet Ratusan Juta Dari Ternak Domba dan Kedelai´, yang diunggah Kementerian Pertanian RI dua tahun lalu. Mengulas tentang kinerja dan kerja keras Rayndra, lulusan Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] menjalankan wirausaha di bidang pangan.
Capaian sejuta viewers dari konten yang di-upload instansi pemerintah tersebut menunjukkan tingginya minat generasi milenial terhadap capaian Rayndra mengembangkan modal Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian [PWMP] dari Kementan sebesar Rp45 juta menjadi Rp2 miliar sebagai aset usaha pertaniannya, beberapa tahun lalu.
Tayangan tersebut membuktikan video bermakna lebih semiliar kata - meruntuhkan mantra lawas tentang foto ´lebih sejuta kata´ - kehadiran Rayndra pun ´bungkam ribuan dogma dan wejangan di balik makalah´ tentang bagaimana kaum milenial mengembangkan potensi sebagai harapan bangsa dan negara.
Angka Rp45 juta menjadi Rp2 miliar adalah ´jampi-jampi´ mujarab sehingga generasi milenial berbondong menonton tayangan video tentang Rayndra di YouTube.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menyebutnya kepastian. "Berikan kaum milenial jaminan laba berlipat ganda untuk back to agriculture. Kalau tidak, mereka lebih memilih menjadi YouTuber."
Kaum milenial tidak butuh ´teladan apalagi pahlawan´, mereka hanya butuh role model yang bisa dilihat tiap saat kisah suksesnya melalui media sosial. Semua itu ada pada sosok Rayndra, yang pernah mendampingi Presiden RI Joko Widodo pada kunjungan kerja di BBPadi Sukamandi, Kabupaten Subang, belum lama ini.
Mereka juga tidak suka bicara, "cukup generasi baby boomer yang menganggap bicara adalah bekerja´.
Mereka pun ogah menjadi Sisifos, pembangkang dalam mitologi Yunani. Dihukum Zeus mengangkat batu besar ke atas bukit, setelah di puncak, batu menggelinding lagi ke bawah.
Mentan Syahrul mengaku akan mengajak jutaan milenial ke sektor pertanian. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik."
Bertolak dari hadirnya Rayndra lain di pelosok negeri ini, mempertebal keyakinan Mentan Syahrul pada peran generasi milenial bagi pembangunan pertanian Indonesia maupun global, yang diusungnya pada Global Forum Agriculture Ministers Meeting [AMM] G20 Indonesia yang dibukanya di Bali, Selasa [27/9].
Pada kegiatan Global Forum, Indonesia mengusung tema ´Transformasi Pertanian Digital dalam Percepatan Kewirausahaan Perempuan dan Pemuda´
"Tema tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran secara holistik mengenai kebijakan dan upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung kewirausahaan kaum muda dan perempuan di bidang pertanian, khususnya melalui pertanian digital," kata Mentan saat membuka Global Forum AMM G20 di Bali.
Pada era Industri 4.0 saat ini, kata Mentan, kegiatan pertanian tidak lagi mengandalkan tenaga kerja manual tetapi menggabungkan mekanisasi dengan teknologi digital, yang dapat mengondisikan usaha budi daya pertanian menjadi lebih presisi.
"Wirausaha muda yang menguasai teknologi digital dapat berkontribusi untuk mengubah pertanian pedesaan menjadi sektor yang lebih produktif dan menarik," katanya.
Para wirausaha muda ini dapat menjadi pengusaha inovatif melalui perannya sebagai produsen, distributor, pemasar, dan penjual dengan menggunakan teknologi dan model bisnis yang inovatif.
"Sudah banyak contoh wirausaha muda di sektor pertanian yang melalui kreativitasnya dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, baik melalui kualitas, keamanan, fungsi, maupun penciptaan produk olahan baru yang sesuai dengan preferensi konsumen," kata Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi selaku penanggung jawab kegiatan Global Forum mengungkapkan partisipasi anak muda bisa menjadikan sektor pertanian, termasuk di wilayah pedesaan menjadi lebih produktif dan menarik.
“Kami saat ini berupaya bisa memahami karakteristik kelompok anak muda, termasuk perempuan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif, serta mencarikan metode terbaik untuk mengasah bakat mereka dalam bertani,” katanya.
Dedi Nursyamsi menyebutkan pihaknya akan memaksimalkan Global Forum sebagai wadah untuk berbagi kebijakan, program pengembangan, serta strategi dan program dalam transformasi pertanian digital untuk mengakselerasi kewirausahaan muda dan perempuan.
Semua ini menunjukkan adanya potensi besar bagi wirausaha muda berbakat untuk menjadi motor penggerak perubahan pertanian konvensional menjadi lebih modern dan berkelanjutan.
Pelibatan wirausaha muda berbakat, termasuk perempuan, dalam pembangunan pertanian telah menjadi agenda utama di banyak negara, termasuk negara anggota G20.
Terkait hal ini, banyak negara [termasuk Indonesia] yang telah melakukan berbagai upaya untuk memahami karakteristik yang khas dari para wirausaha muda, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi mereka, dan mengidentifikasi metode terbaik untuk mengembangkan bakat mereka.
Pengembangan wirausaha muda pertanian [yang kita sebut Petani Milenial] di Indonesia telah berjalan dengan sangat baik melalui strategi: sosialisasi inovasi teknologi, optimalisasi pelatihan berbasis kompetensi dan program-program penguatan kelembagaan ekonomi petani, pendampingan pengembangan usaha, pendampingan penerapan pertanian presisi/smart farming, pemberian stimulant bantuan prasarana dan sarana pertanian hingga monitoring, pengembangan jejaring usaha dan kemitraan, pengembangan e-commerce serta evaluasi untuk penumbuhan dan penguatan para petani milenial.
Selain itu, untuk membangun motivasi generasi milenial di Indonesia, kami juga melakukan berbagai kegiatan yang bersifat penyadaran publik di berbagai media sosial termasuk pemilihan Duta Petani Milenial.
Kementan juga telah mengembangkan Agriculture War Room [AWR] sebagai pusat kendali [command center] yang menyediakan berbagai data perkembangan pertanian secara real time dan terkoneksi dengan 34 provinsi hingga di tingkat kecamatan.
"Melalui dashboard informasi yang ada di AWR, kondisi di lapangan dapat dimonitor dengan lebih baik karena AWR dilengkapi dengan teknologi teleconference serta berbagai aplikasi data pertanian yang terhubung dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di seluruh Indonesia," kata Mentan Syahrul.
Dari sisi kemitraan, katanya, Pemerintah RI bekerja sama dengan International Fund for Agricultural Development [IFAD] berupaya meningkatkan peran pemuda Indonesia sebagai wirausaha bidang pertanian dan membangun pertanian di Indonesia, melalui Program Pengembangan Kewirausahaan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Sektor Pertanian [Program YESS]. Mac
Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis