Food Estate Kalteng
Nilai Ekonomis Rp14 Juta per Bulan bagi Petani
PENGEMBANGAN lumbung pangan baru [food estate] di Provinsi Kalimantan Tengah [Kalteng] nilai ekonomisnya diperkirakan hingga Rp14 juta bagi tiap petani dalam satu bulan. Hasil pengembangan aneka komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan. Hasil optimalisasi lahan 30.000 hektar dari pengembangan pertanian terintegrasi, didukung korporasi petani yang mendorong penguasaan sektor hulu ke hilir oleh petani.
Perekonomian Kalteng diprediksi akan lebih baik mengacu target pengembangan food estate di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 hektar dan 20.000 hektar di Kapuas. Total lahan potensial sekaligus fungsional masing-masing kabupaten adalah 164.400 hektar dan 85.450 hektar.
Komitmen pemerintah ditunjukkan pada kunjungan kedua Presiden RI Joko Widodo ke lokasi food estate di Pulang Pisau, tepatnya Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kamis [8/10]. Awal Juli lalu [9/7] Presiden Jokowi meninjau lokasi food estate di Kabupaten Kapuas.
“Hari ini saya kembali lagi ke Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya sekarang di Kabupaten Pulang Pisau. Kita ingin memastikan dimulainya pengembangan food estate,” kata Presiden Jokowi setelah peninjauan didampingi Menteri Pertanin RI Syahrul Yasin Limpo.
Kepala Negara menegaskan Korporasi Petani menjadi basis pengembangan Food Estate Kalteng yang secara terintegrasi mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan di suatu kawasan.
"Banyak manfaat ekonomi bagi petani dan masyarakat dari pengelolaan food estate dalam satu kawasan. Semua potensi dikembangkan secara komprehensif dan terukur," kata Mentan Syahrul usai kunjungan Jokowi.
Menurutnya, food estate sebagai penopang pangan nasional, secara bisnis memang menjanjikan. Komoditas padi alokasinya 10.000 hektar. Rencana tanam hingga akhir 2020, lahan produktifnya diperkirakan 8.708 hektar.
Zonasi Kapuas direncanakan 13.999 hektar, luas potensial 30.000 hektar. Komoditas padi diperkirakan memberi pendapatan Rp2 juta per bulan bagi tiap orang. Kapasitas produksinya ditingkatkan menjadi enam ton per hektar, durasi panen tiga kali setahun.
"Food estate akan menjadi sentra ekonomi baru bagi Kalteng bahkan Indonesia. Aktifitas pertanian dilakukan komprehensif berbasis korporasi petani. Komoditasnya sangat beragam dengan value ekonomi besar. Intinya, food estate akan terus mendongkrak perekonomian masyarakat dari lumbung pangan nasional," kata Syahrul.
Padi terintegrasi komoditas lain, Food Estate Kalteng mengembangkan budidaya itik, spesies utamanya itik Alabimaster-2 Agrinak dan itik Mojomaster-1 Agrinak. Kemampuan produksi telur Alabimaster-1 sekitar 128 butir berbobot 0,8 gram pada enam bulan awal. Setelah berusia setahun, produksi meningkat hingga 287 butir per ekor. Itik jenis ini mulai bertelur pada usia 177 hari.
Itik Mojomaster-1 mulai bertelur di usia 120 hari. Pada usia enam bulan, menghasilkan telur 120 butir per ekor. Jumlahnya melonjak hingga 238 butir per ekor masuki usia setahun. Bobot telur mencapai 60,2 gram per butir.
Saat berusia setahun, itik rata-rata dijual seharga Rp90 ribu per ekor, untuk dikonsumsi dagingnya. Laba kian meningkat lantaran harga telur Rp2.000 per butir.
"Integrasi itik dan komoditas lain dalam food estate tentu menguntungkan. Ada banyak lini pendapatan dengan nilai potensial bagi petani. Dengan profil positif seperti ini, daerah lain di Indonesia bisa menirunya," kata Syahrul.
Produk perikanan yang dikembangkan adalah lele [clarias gariepinus] dan ikan kapar belmeah [belontia haseti]. Ikan-ikan ini dipelihara pada karamba berukuran 3 x 3 x 1,5 meter. Total 168 karamba dikembangkan di irigasi sekunder, satu karamba hasilkan 500 ekor lele besar.
Kompetitif dikembangkan, budidaya Lele memberi banyak manfaat. Nilai ekonominya hasilkan dari berat panen lele sekitar 200 gram per ekor. Harga jualnya Rp20.000 per kg dengan siklus panen tiga kali dalam setahun. Selain ekonomi, lele juga memiliki kandungan gizi yang bagus. Ada energi 240 Kkal, 17,57 gram protein, lemak 14,53 Gram, hingga 13,6 Gram Asam Lemak Omega 3.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi juga menambahkan food estate didesain sebagai penghasil pendapatan yang komplek, apalagi pendekatan secara korporasi.
“Banyak manfaat ekonominya, selain produktivitas. Selain kualitas, kami memang terus menaikkan produktifitasnya melalui inovasi dan teknologi," kata Dedi.
Dia menambahkan, food estate juga mengembangkan budi daya Jeruk siam Pontianak. Jeruk ini menghasilkan 75 hingga 200 kg per pohon dalam satu tahun. Idealnya, usia panen 1,5 hingga dua tahun.
Strategi mengoptimalkan produktifitas, Kementan khususnya BPPSDMP menggelar banyak pelatihan antara lain integrasi padi - kelapa genjah - itik dan atau tumpangsari padi - kelapa genjah.
"Dampak food estate bakal luar biasa. Diperkirakan dalam tiga tahun ke depan, pendapatan petani akan meningkat tujuh kali lipat. Semua sudah dihitung," kata Dedi.
Kementan juga melakukan berbagai upaya meningkatkan produktifitas dan kualitas produk-produk food estate. "Kami akan terus support, khususnya penguatan kapasitas SDM."
Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis