Komersialisasi Produk Biotek di Indonesia Sudah di Depan Mata
BIOTEKNOLOGI, lebih spesifik lagi sebagai Produk Rekayasa Genetika (PRG) adalah salah satu bagian luar biasa dari kehidupan kita.
Mengapa? Diantara teknologi modern yang diaplikasikan secara luas di dunia, produk PRG merupakan hasil terknologi yang paling rinci diatur dan dikaji serta diuji sebelum dimanfaatkan.
Bioteknologi menyediakan produk dan teknologi terobosan untuk memberi solusi kekurangan pangan, memulihkan kerusakan lingkungan, dan mendorong perekonomian. Bioteknologi pun merupakan alternatif solusi bagi beberapa masalah utama global seperti pemanasan global, meningkatnya krisis bahan bakar minyak bumi, dan terutama kemiskinan.
Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-76, Indonesian Biotechnology Information Centre (IndoBIC) bersama SEAMEO BIOTROP, Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia (PBPI) dan International Service for the Acquisition of Agribiotech Applications (ISAAA) menghadirkan sebuah webinar bertajuk ´Manfaat Adopsi Tanaman Biotek bagi Petani.
Webinar ini menghadirkan beberapa perkembangan penting khususnya di Indonesia, terkait bioteknologi antara lain menyoroti hasil studi persepsi publik yang telah dilakukan pada 2020 sekaligus persetujuan dua regulasi baru dan produk kentang bioteknologi yang sebentar lagi akan dikomersialkan.
Dalam sambutannya, Dr Hendarman, selaku Plt Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) menyampaikan bahwa penguasaan teknologi pertanian perlu diberikan kepada siswa didik di SMK Pertanian, karena teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal ketimbang negara lain.
Hal ini mengingat beberapa kebutuhan pangan dalam negeri masih mengimpor dari luar negeri, padahal Indonesia memiliki potensi yang belum dikembangkan. Revitalisasi SMK Pertanian diharapkan dapat mengatasi kekurangan bahan pangan di Indonesia dengan menciptakan tenaga terampil dan wirausaha bidang pertanian.
Dalam sambutannya, Direktur IndoBIC, Prof Dr Bambang Purwantara memaparkan status terkini adopsi tanaman biotek di dunia yang telah dilaporkan oleh ISAAA. Total seluas 190,4 juta hektar tanaman biotek telah ditanam di 29 negara hingga peningkatan kehidupan 17 juta petani biotek dan keluarga mereka di seluruh dunia pada 2019.
“Sebentar lagi Indonesia akan memiliki produk biotek lain milik anak bangsa, yang akan segera dikomersialisasi, selain tebu tahan kekeringan milik PTPN XI,” kata Prof Dr Bambang Purwantara.
Hal penting lain yang disampaikan olehnya, adalah perpanjangan waktu Lomba Karya Tulis bertema Bioteknologi Pertanian, hingga September 2021.
Lomba yang ditujukan bagi kalangan media dan masyarakat umum yang aktif di media sosial diharapkan dapat menarik lebih banyak perhatian terutama menyangkut berbagai isu bioteknologi di Indonesia.
Acara yang menghadirkan empat pembicara utama ini dibuka oleh Direktur SEAMEO BIOTROP Dr Zulhamsyah Imran, yang menguraikan bahwa saat ini SEAMEO BIOTROP dengan visinya Tropical Biodiversity Mountain to Ocean memiliki tiga flagship program yakni Ecosystem Restoration and Conservation, Sustainable Use Biodiversity, Bioenergy, Biotechnology, Food Security dan Resilience in face global climate change.
“Ketiga flagship tersebut diterjemahkan ke beberapa program dan aktivitas yang sudah dirancang sejak dimulai BiD 100 pada Januari 2021,” kata Dr Zulhamsyah Imran.
Terlihat sekali dukungan Biotrop dalam penerapan bioteknologi sudah dituangkan ke dalam program-program utamanya. Salah satu contoh kontribusi terkininya, penerapan bioteknologi di bidang perikanan khususnya bagi komoditas udang vaname.
Ke depan, semua penelitian Biotrop akan terus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0 otomatisasi peralatan-peralatan pendukung penelitian yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan sekaligus meningkatkan produktivitas di dunia pertanian dalam berbagai skala. Tentunya, diharapkan akan meningkatkan produktivitas kepentingan masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut Dr Zulhamsyah Imran menyoroti hasil studi terbaru yang dilakukan oleh SEAMEO BIOTROP dan IndoBIC bekerjasama dengan Michigan State University, Care IPB dan ISAAA terkait persepsi publik terhadap produk biotek di Indonesia yang dilakukan pada 2020.
Temuan penting dari studi tersebut, pada umumnya masyarakat Indonesia setuju dengan pengembangan biotek atau tanaman pangan. Pendapat positif ini juga terkait tingkat kepercayaan mereka terhadap kemampuan dan kapasitas Pemerintah dalam menangani masalah keamanan tanaman biotek. Mereka juga sepakat bahwa produk biotek halal mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia [MUI].
Acara webinar dipimpin oleh Prof Dr Bambang Purwantara, Direktur IndoBIC dengan menghadirkan Prof Dr Bambang Prasetya [Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika/KKH PRG], Prof Dr M Herman [Anggota Tim Teknis Keamanan Hayati - KKH PRG], Dr Dahri Tanjung [Care IPB] dan Zulharman dari Kontak Tani Nelayan Andalan [KTNA].
Materi yang disampaikan berturut-turut adalah Adopsi Produk Bioteknologi di Dunia dan Indonesia, Status Pengembangan Kentang Bioteknologi di Indonesia, Persepsi Publik terhadap Produk Bioteknologi, dan Peran Bioteknologi bagi Kemajuan Pertanian di Indonesia.
Adapun hasil penting dalam webinar kali ini antara lain: 1) Dari hasil studi persepsi publik diketahui bahwa pada umumnya masyarakat setuju dengan pengembangan biotek atau tanaman pangan dan masyarakat setuju produk biotek halal dengan mengacu pada fatwa MUI;
2) Ada dua regulasi penting yang baru saja disetujui, yaitu Permentan No. 50 tahun 2020 terkait pengawasan dan pengendalian varietas tanaman PRG pertanian yang beredar di wilayah Republik Indonesia, dan Keputusan Kepala Badan Litbangtan No. 337 tahun 2021 mengenai panduan pengujian dan penilaian varietas tanaman PRG dalam rangka pelepasan varietas tanaman pangan;
3) Kentang biotek yang dikembangkan oleh BB Biogen telah mendapatkan sertifikat aman pangan pada 2016, aman lingkungan di tahun 2018 dan telah diajukan untuk komersialisasi pada 2021;
4) Banyak perkembangan yang sudah terlihat dan menjanjikan di bidang bioteknologi membuat petani sudah sangat berharap agar bioteknologi bisa segera diterapkan di Indonesia; dan 5) Perpanjangan lomba karya tulis biotek bagi media dan kalangan masyarakat yang aktif di medsos.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 185 orang peserta melalui Zoom dan banyak lainnnya yang menyaksikan melalui kanal Youtube. Mereka terdiri dari peneliti, guru, awak media, regulator, akademisi, sampai masyarakat umum. Webinar ditutup dengan menyoroti satu hal penting yakni sudah saatnya produk bioteknologi digunakan oleh masyarakat Indonesia mengingat banyaknya manfaat yang telah disaksikan di dunia.
Hal menarik lainnya terkait edukasi, perlu terus dilakukan ke masyarakat. Dalam hal ini peran IndoBIC bersama SEAMEO BIOTROP dapat terus dilakukan dalam mensosialisasikan bahkan mengembangkan berbagai produk biotek.
Melalui forum-forum diskusi guna membantu memecahkan bottle neck dalam hal pengembangan biotek bahkan sampai kepada inovasi penelitian dengan menciptakan berbagai produk biotek yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia maupun sampai ke level internasional.
Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis