Amarah Netizen

Usai Timnas Dibantai 1-5


Amarah Netizen
Ilustrasi: Rosadi Jamani

 

ROSADI JAMANI
Ketua Satupena Kalbar



SEMALAM adalah malam yang gelap. Bukan karena mati lampu atau hujan deras, tapi karena Timnas kita baru saja dihancurkan. Skor 1-5. Bukan kalah, tapi dibantai!

Ini bukan sekadar kekalahan biasa, ini tragedi nasional! Saking pedihnya, saya memilih tidur cepat.

Biasanya saya masih sempat scroll TikTok sebelum tidur, tapi kali ini tidak. HP saya lempar ke pojok kamar, selimut saya tarik sampai kepala. Tidur cepat adalah satu-satunya cara menghindari kenyataan pahit ini.

Sampai sahur nyaris kesiangan. Mungkin alam bawah sadar saya berusaha memperpanjang waktu tidur supaya tidak perlu menghadapi kenyataan.

Tapi begitu HP saya buka, duaarr! Ribuan notifikasi membanjiri layar. Grup WhatsApp meledak, kolom komentar penuh sumpah serapah. Saya scroll pelan-pelan, membaca setiap kata dengan hati yang semakin remuk.

"Kluivert out!"
"Erick Thohir tanggung jawab!"
"Bung Towel kok diem aja? Justin mana komentarnya?"
"Malu sama Malaysia, Vietnam! Ini aib internasional!"

Netizen benar-benar tidak main-main. Semua pihak diseret, dari Erick Thohir sampai Arya Sinulingga. Bung Towel dan Justin yang biasanya nyaring, sekarang malah ikut kena semprot.

Tentu saja, Patrick Kluivert, pelatih baru dengan CV mantan pemain kelas dunia mentereng, sekarang dicap sebagai musibah nasional.

"Proses apaan?! Pemain baru, pelatih baru, baju baru, bus tim baru, malah dibantai! Ini bukan proses, ini pembantaian!" teriak seorang netizen dengan emosi membara.

Di tengah keributan itu, nama Shin Tae Yong (STY) tiba-tiba mencuat. Foto STY yang sedang tertawa ramai di-share. Seolah-olah semesta sedang menertawakan kita.

"Lihat tuh STY, tenang banget! Kalau dia masih pegang tim, nggak mungkin kita dibantai kayak gini!" Komentar seperti ini memenuhi lini masa.

Tagar #KembalikanSTY trending. Rakyat ingin balikan. STY kini bukan lagi pelatih, dia sudah naik status jadi simbol harapan nasional yang terenggut paksa.

Tapi yang lebih absurd, kekalahan ini tiba-tiba dikaitkan dengan isu korupsi yang merajalela di negeri ini. Coba bayangkan, wak. Netizen kalau sudah marah, ngeri.

Mafia bola? Ikut dibahas. Suap? Dibahas juga. Bahkan ada yang bilang, "Mungkin pemain kita main setengah hati karena belum dibayar lunas."

Luar biasa. Ini bukan sekadar sepak bola lagi. Ini sudah jadi skandal politik! Kekalahan 1-5 ini seolah membuka kotak Pandora, dari pengaturan skor, mental korupsi federasi, sampai peran makhluk astral di lapangan.

Setelah kekalahan ini, tim kita serasa mayat hidup yang berjalan tanpa arah.

Para suporter? Hati mereka hancur lebur. Ini bukan sekadar kekalahan. Ini pengkhianatan!

Sekarang, satu-satunya harapan rakyat adalah satu kalimat sederhana, "Kembalikan STY!"

Karena jujur saja, setelah malam kelam ini, kita semua tahu, satu-satunya yang bisa menyelamatkan sepak bola negeri ini bukanlah strategi atau pemain bintang, tapi pelatih yang tulus melatih.

Baik, harapan masih ada. Tersisa lawan Bahrain, China, dan Jepang. Hanya kemenangan bisa menghapus kekecewaan netizen. Kalau sampai kalah lagi, Timnas gelap. #camanewak

 

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis