K-Halipa, Koperasi Pertama di Indonesia Layani Wisata Rafting

K-Halipa become the First Cooperative in Indonesia Developing Rafting Tour

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


K-Halipa, Koperasi Pertama di Indonesia Layani Wisata Rafting
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Meliadi Sembiring (ke-2 kiri berbincang dengan Asdep Urusan Penelitian Sumberdaya UKM, Daniel Asnur (kiri), dan Kepala Bidang Penyelenggara Penelitian, Joko Sutrisno (ke-3 kiri) Foto: B2B/Mac

Bogor (B2B) - Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pertanian dan juga industri pariwisata. Kedua sektor ini bisa dikembangkan secara bersama-sama, tanpa harus saling mematikan satu sama lain, dengan konsep agrowisata. Banyak pengusaha berkutat pada bisnis ini namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh koperasi, karena lebih banyak berkutat pada usaha klasik seperti kredit simpan pinjam, dan belum mampu menggarap sektor pariwisata.

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Meliadi Sembiring menyambut baik dan mendukung kiprah Koperasi Hijau Loka Purna disingkat K-Halipa sebagai koperasi pertama di Indonesia menggarap usaha rafting di kawasan wisata Gunung Salak Endah, Bogor, Jawa Barat.

"Melihat besarnya peluang usaha wisata rafting di Gunung Salak Endah yang memiliki banyak air terjun dan aliran sungai yang panjang sehingga layak dikembangkan sebagai wisata rafting standar internasional," kata Meliadi Sembiring saat meninjau kesiapan K-Halipa sebagai operator rafting di kawasan wisata di Kabupaten Bogor tersebut.

Deputi Menkop dan UKM hadir di Gunung Salak Endah didampingi Asisten Deputi Urusan Penelitian Sumberdaya UKM, Daniel Asnur, Kepala Bidang Penyelenggara Penelitian Sumberdaya UKM, Joko Sutrisno dan beberapa pejabat terkait di Kemenkop dan UKM. Selain peninjauan, dilakukan pula bimbingan teknis program rintisan dan replikasi usaha di bidang agroekoturisme oleh koperasi di Kabupaten Bogor.

Dia mengingatkan, melihat besarnya peluang usaha wisata rafting, maka bantuan sosial dari kementerian untuk membeli enam perahu karet untuk mendukung animo wisatawan untuk rafting.

"Jangan cepat berpuas diri dengan bantuan sosial dari kementerian, kalau datang enam bulan lagi, saya ingin K-Halipa sudah memiliki 16 perahu karet. Setahun kemudian sudah menjadi 60 perahu karet dan terus berkembang untuk menggarap bisnis lain seperti penyediaan vila dan rekreasi wisata. Koperasi jangan menjadi penonton di sini, tapi harus menjadi pemain utama," kata Meliadi.

Bogor (B2B) - Indonesia has a great potential in agriculture, and tourism can be developed as an agro-tourism. Many entrepreneurs develop this business in Indonesia, but the cooperative behind because of its concentration on savings and loans, and not interested in tourism, according to senior official.

Deputy SMEs Resource Assessment of the ministry, Meliadi Sembiring welcomes and supports the Hijau Loka Purna Cooperative, locally known as K-Halipa as the first cooperative in Indonesia serving a rafting tour in Mount Salak Endah tourist area of West Java's Bogor.

"The potential for rafting tour on Mount Salak Endah which has many waterfalls and streams that should be developed as an international standard rafting tour," Mr Sembiring said while reviewed the readiness of K-Halipa as rafting operators in the tourist area at the Bogor District.

Mr. Sembiring working visit in Bogor, accompanied by Deputy Assistant for Research Resources SMEs, Daniel Asnur, Head of SME Resource Research Organizer, Joko Sutrisno and some relevant officials in the ministry. Another activity is the technical guidance, and replication of agro business by relevant government agencies in Bogor.

He reminded, funds from the ministry to purchase six boats expected to support the rafting tour to anticipate the interest of tourists.

"Take advantage of social assistance from the ministry as a challenge. If I come back later, I wanted K-Halipa already have 16 boats. A year later, it became 60 boats, and continues to grow. Then the profits used to work on other business opportunities such as a youth hostel, and tourist facilities. Cooperatives do not be silent but must be a player," he said.