Gangguan Gairah Seksual Membuatnya Orgasme 50 Kali Sehari
Sexual Arousal Disorder that Made Orgasm up to 50 Times a Day
Editor : Ismail Gani
Translator : Parulian Manalu
 b.jpg)
SEORANG wanita yang menderita kondisi yang melemahkan lantaran orgasme yang tidak terkendali akhirnya bunuh diri, setelah bertahun-tahun berupaya mengatasi penderitaannya.
Gretchen Molannen, 39, ditemukan tewas di rumahnya di Spring Hill, Florida.
Dia menderita gangguan gairah kelamin persisten (PGAD) selama lebih dari satu setengah dekade. Kondisi ini berarti menderita secara fisik tapi tidak secara psikologis terangsang dan kerap hanya dapat mengatasinya setelah melakukan masturbasi selama berjam-jam.
Gangguan PGAD adalah fenomena cukup baru, pertama kali diungkap melalui literatur medis pada 2001. Penderita menggambarkan gejalanya hanya sebagai rangsangan fisik. Wanita yang mengalaminya mengaku gejalanya berlangsung terus-menerus dan sangat tidak nyaman.
"Gairah itu tidak akan mereda. Maksudku, pada malam terburuk saya pernah 50 kali orgasme berturut-turut. Saya bahkan tidak bisa berhenti minum air."
"Pria tidak mengerti. Mereka tidak peduli. Mereka pikir saya terangsang... Ketika saya menjelaskan kepada cowok-cowok, saya katakan pada mereka, "Bayangkan ereksi yang berlangsung terus-menerus, perasaan sesaat sebelum keluar, sepanjang hari, sepanjang malam, tidak peduli berapa kali, tidak peduli sampai penis Anda lecet. Tidak bisa membuat Anda tenang. Tidak bisa tidur. Anda pikir akan mendapat serangan jantung."
Nona Molannen mengaku bahwa ia mulai merasakan sensasi tersebut ketika berusia 23 tahun, digambarkannya seperti saklar yang tidak bisa dimatikan.
"Dulu saya mencintai kehidupan. Tapi ini telah menghancurkannya. Ini bukanlah hidup. Apa gunanya? Saya berpikir tentang bunuh diri sepanjang waktu," katanya seperti dikutip Mail Online.
Salah satu kiat mengatasinya hanya dengan masturbasi berjam-jam, tindakan yang dianggap Molannen, penganut Lutheran, sebagai hal memalukan.
Meskipun ia semangat bekerja sebagai penerjemah karena ia fasih bahasa Prancis, Jerman dan Spanyol, kondisi tersebut mengganggu pekerjaannya, karena dia harus berurusan dengan tuntutan fisik PGAD.
Namun dia harus mengatasinya sepanjang hari, ia pun berhenti bekerja pada 1999 dan mulai menghabiskan sebagian besar waktu di kamar dengan vibratornya.
"Saya takut," katanya. "Saya tidak bisa berhenti terangsang. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Kesedihan itu membuatnya pernah tiga kali mencoba bunuh diri dalam satu tahun terakhir.
Dia punya pacar, yang disebut di email kepada Times setelah kisah nyatanya diterbitkan. Mereka melakukan hubungan intim sekitar empat kali setahun, lapor Times, karena berjam-jam setelah itu dia malahan menderita.
Harinya yang terburuk, katanya, adalah ketika ia harus orgasme 50 kali berturut-turut.
A WOMAN who suffered from a debilitating condition where she had constant, uncontrollable orgasms has committed suicide after years of battling her affliction.
Gretchen Molannen, 39, was found dead in her home in Spring Hill, Florida.
She had suffered from persistent genital arousal disorder (PGAD) for more than a decade-and-a-half.
The condition means the afflicted are physically but not psychologically aroused and can often only find relief after masturbating for hours upon end.
Persistent genital arousal disorder is a fairly recent phenomenon, first described in medical literature in 2001.
Sufferers describe symptoms as only physical arousal. Women who have the disorder say that they experience symptoms that are intense and incredibly uncomfortable.
The arousal won´t let up. I mean, on my worst night I had 50 in a row. I can´t even stop to get a drink of water.
"Men don´t understand it. They don´t care. They think it´s hot...When I describe it to men, I tell them, "Imagine having an erection that does not go down, that feeling of just before it comes out, all day, all night, no matter how many times, no matter how much you´ve destroyed the skin on your penis".
´It won´t let you calm down. You can´t go to sleep. You think you are going to have a heart attack.
Ms Molannen explained that she began feeling the sensation when she was 23, describing that it was like a switch she couldn’t turn off.
I used to love life. But this has destroyed it. This isn´t living. What´s the point? I think about suicide all the time,´ she said.
One of the only forms of relief came from masturbating for hours on end, something that Ms Molannen, a Lutheran, found as a point of shame.
Though she had aspirations of working as a translator as she is fluent in French, German and Spanish, her condition meant that she had to take odd jobs, because she had to deal with the physical demands of PGAD.
But, having to relieve herself almost constantly, she stopped working in 1999 and started spending most of the time in her bedroom with her vibrator.
I was terrified,´ she said. ´I couldn´t get unaroused. I didn´t know what to do.´
Her distress over the condition made her attempt suicide three times in the past year.
She had a boyfriend, who emailed the Times after her original story was published. They had sex around four times a year, the Times said, because it caused Ms Molannen hours of agony afterward. She agreed to it in a bid for physical intimacy.
Her worst day, she said, was when she had 50 uncontrolled orgasms in a row.