Poktan menuju KEP, Kementan Tingkatkan Kapasitas Fasilitator Desa di Kalimantan

Indonesia Binuang`s Agricultural Training Center Support Borneo Farmers

Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani


Poktan menuju KEP, Kementan Tingkatkan Kapasitas Fasilitator Desa di Kalimantan
BBPP BINUANG: Program READSI tumpuan harapan Mentan Syahrul Yasin Limpo dan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bagi pengembangan KEP yang didukung penuh oleh Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati [kanan bawah]

Pontianak, Kalbar [B2B] - Kementerian Pertanian RI melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative [READSI] di Kalimantan, fokus melakukan pengawalan penguatan Kelompok Tani [Poktan] menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] sehingga berkemampuan menembus pasar dan akses modal melalui Kredit Usaha Rakyat [KUR].

Kementan berupaya meningkatkan kapasitas fasilitator desa bersama penyuluh dapat mendorong peningkatan produktivitas pertanian seperti dikemukakan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi di Jakarta saat membuka kegiatan secara virtual dari kegiatan yang berlangsung di Pontianak, Kalbar pada Jumat [25/2].

“SDM penyuluh dan pendamping adalah jembatan produktivitas petani, inovasi dan teknologi. Apabila jembatan rapuh maka tentu tidak dapat dilalui oleh kendaraan, sehingga peran penyuluh dan pendamping sangat luar biasa," kata Dedi Nursyamsi.

Menurutnya, tugas penyuluh dan fasilitator desa tergolong sederhana, bagaimana meyakinkan petani lalu mengajaknya diskusi agar bersedia kemudian mampu mengelola keuangan dan KUR.

"Ajak petani dan Poktan mampu mengelola sarana dan prasarana, mengolah tanah dengan baik, merawat tanaman agar tidak kekurangan pupuk dan cukup air, lalu bagaimana mengolah hasil pasca panen," kata Dedi.

Hal itu sejalan dengan seruan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang menganalogikan pembangunan pertanian maju, mandiri, dan modern mengikuti pola piramida terbalik.

Menurut Mentan, gerakan pembangunan pertanian seperti pola piramida terbalik. Petani dan penyuluh di posisi teratas, BUMN dan pihak swasta di tengah, dan terbawah adalah pemerintah, yang menggambarkan kontribusi dan porsinya paling sedikit. 

"Bukan lagi zamannya petani bekerja dan berusaha tani sendiri-sendiri, harus berjamaah diawali dari kelompok-kelompok tani untuk membentuk korporasi petani dan saham korporasi dari petani,"

Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa usaha tani itu menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, berarti ada yang salah pada saat pengolahan, on farm dan pemasaran hasil pertanian.

"Pertanian bukan hanya sebagai pekerjaan, tapi harus hasilkan duit banyak, pertanian harus menguntungkan salah satu caranya dengan membentuk KEP," katanya.

Sementara Kepala Pusat Pelatihan BPPSDMP [Puslatan] Leli Nuryati mengharapkan fasilitator desa bersama penyuluh mampu mendukung percepatan menuju pertanian maju mandiri modern, tidak bisa parsial. 

"Saat ini diperlukan sistem untuk solusi permanen dari permasalahan klasik petani termasuk ketersedian benih yang bermutu, murah dan mudah diakses petani selaku pelaku utama," kata Leli Nuryati dalam arahannya.

Di tempat terpisah, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian [BBPP] Binuang, Yulia Asni Kurniawati menegaskan komitmen BBPP Binuang mendukung sukses kegiatan fasilitator desa mendukung pengembangan Poktan menjadi KEP.

“Pengawalan tidak hanya saat on farm, tapi membantu setelahnya. Bagaimana memperbaiki pasca panen sehingga losses [kehilangan hasil produksi] lebih sedikit. Jangan abaikan hilirisasi agar produk yang dihasilkan  memiliki nilai tambah dan dijual dengan harga yang baik," kata Yulia. [Amallia/Hurma/Agus]

Tapin of South Borneo [B2B] - The role of agricultural training in Indonesia such as the Agricultural Training Center of Indonesia Agriculture Ministry across the country or the BBPP so the ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of agricultural training, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through agricultural training, we connect farmers with technology and innovation so that BBPP meet their needs and are ready for new things," Limpo said.