Jakarta (B2B) - Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat mengenai siapa saja di dunia tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras maupun sosial ekonomi, dan angkanya masih tinggi terutama di negara berkembang. Dari banyak studi menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2 per 1000 penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50 per 100 ribu penduduk.
"Sementara di Indonesia dari 237,6 juta penduduknya, pengidap epilepsi tergolong tinggi, diperkirakan 1,1 juta hingga 8,8 juta, sedangkan insidens sekitar 50 hingga 70 kasus per 100 ribu penduduk," kata dr Irawati Hawari, SpS, dokter saraf dari Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Menteng di Jakarta pada Jumat (27/6).
Irawati Hapsari menambahkan pada suatu serangan epilepsi, terjadi aktifitas listrik abnormal di otak kita, dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan-perubahan lain yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat.
Gangguan listrik tersebut dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan misalnya tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak atau meningitis dan encephatilis, gangguan pembuluh darah otak atau stroke, cacat lahir, kelainan genetika, serta sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya.
Dia menambahkan, Bunda Neuro Center sebagai bagian dari layanan RSU Bunda Menteng Jakarta menyediakan layanan epilepsi secara menyeluruh, ditangani oleh tim psikolog atau psikiater, dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, dan layanan fisioterapi profesional di bawah satu atap.
"Tim kami terdiri atas lima dokter spesialis saraf, lima dokter spesialis bedah saraf, dan seorang dokter spesialis anestesi dengan minat dan kekhususan masing-masing. Tim ini sudah berpengalaman menangani kasus-kasus pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa," katanya.
Jakarta (B2B) - Epilepsy is a chronic neurological disease, which can happen to anyone in the world of all ages, genders, races and socio-economic, and the figure is still high, especially in developing countries. Many studies showed the average active prevalence is 8.2 per 1000 people, and the incidence reached 50 per 100,000 people, according to Indonesian neurologist.
"While in Indonesia of 237.6 million people, infected quite high, an estimated 1.1 to 8.8 million, while the incidence of approximately 50 to 70 cases per 100 thousand people," said dr Irawati Hawari, a neurologist of Jakarta´s Bunda Hospital here on Friday (6/27).
Hawari added epileptic attacks, occurring abnormal electrical activity of the brain, manifestations a seizure or behavioral changes, changes in consciousness, and other changes are intermittent, that feels or looks.
The electrical interference due to tissue damage for instance brain tumor, head injury, or a symptom of a disease such as meningitis and encephatilis, brain blood vessel disorders or stroke, birth defects, genetic disorders, and about 30% of unknown cause.
She added, Neuro Center as part of Jakarta´s Bunda Hospital provide total treatment, which is handled by a team psychologist or psychiatrist, neurologist, neurosurgeon specialist and professional physiotherapy services.
"The medical team consists of five neurologist, five specialist neurosurgery, and an anesthesia specialist. The medical team is experienced in handling cases in infants, children, and adults," she said.