KOMISI Pemilihan Umum RI [KPU] menetapkan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada Rabu malam [20/3].
Penetapan KPU atas hasil perhitungan suara dari 38 provinsi disoroti media asing, yang menyebut bahwa Prabowo memenangkan Pemilihan Presiden RI [Pilpres] dengan meyakinkan kendati dibayangi tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia [HAM] saat menjabat Pangkostrad di penghujung kekuasaan Presiden Soeharto.
Prabowo mengklaim kemenangan pada putaran pertama atas dua rivalnya, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar serta Ganjar Pranowo - Mahfud MD pada Pilpres 14 Februari 2024, namun secara resmi diumumkan KPU sebagai pemenang Pilpres oleh KPU pada Rabu [20/3] yang merupakan puncak perjuangannya selama puluhan tahun untuk memenangkan Pilpres.
Media asing AFP seperti dilansir MailOnline menyebut Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto memenangkan kursi kepresidenan setelah perubahan citra dan peningkatan popularitas yang didukung oleh kekayaan, semangat nasionalis dan kredibilitasnya yang kuat sebagai mantan Pangkostrad.
"Pada usia 18 tahun, saya menandatangani sumpah sebagai prajurit TNI, saya siap mati demi rakyat dan bangsa. Saya belum mencabut sumpah tersebut. Saya siap jika Tuhan memanggil saya," katanya pada kampanye sebelum pemilu, seraya menyebutkan prestasinya sebagai prajurit TNI.
Ambisi politik Prabowo diawali pada 2004 namun ia gagal menjadi calon presiden pada Konvensi Partai Golkar.
Prabowo mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada 2009 bersama mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, namun gagal. Dia pun kembali kalah dalam dua Pilpres berikutnya, 2014 dan 2019 oleh Joko Widodo yang akan mengakhiri jabatan presiden dua periode pada Oktober 2024.
Masyarakat sipil Indonesia menyatakan kekhawatirannya bahwa Prabowo dapat memutarbalikkan kebebasan demokrasi yang telah diperoleh dengan susah payah, merujuk pada tuduhan bahwa ia memerintahkan penculikan aktivis demokrasi pada akhir pemerintahan Suharto.
Prabowo diberhentikan dari militer pada 1998 karena penculikan tersebut. Amerika Serikat selama bertahun-tahun menolak visanya karena catatan hak asasi manusianya, namun ia membantah tuduhan tersebut dan tidak pernah didakwa.
Sejak saat itu, Prabowo telah memulihkan citranya, sebagian berkat kampanye media sosial yang cerdas yang menargetkan generasi muda Indonesia di mana ia digambarkan sebagai ´kakek yang menggemaskan´ alias Gemoy.
Meningkatnya peringkat dukungan yang menjadikannya favorit presiden juga disebabkan oleh kecerdikannya memilih putra sulung Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai pasangannya.
Para pengamat mengatakan bahwa peluang bagi Prabowo terbantu oleh popularitas dan dukungan dari Joko Widodo, serta generasi muda Indonesia – lebih dari setengah dari hampir 205 juta pemilih yang memenuhi syarat – yang belum cukup umur pada masa pemerintahan Suharto.
“Kami akan berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami akan melanjutkan apa yang telah dibangun oleh presiden-presiden sebelumnya,” kata Prabowo dalam pidato terakhirnya kepada para pendukungnya pada kampanye.
PRABOWO Subianto is Indonesia´s president after a convincing election win but he has also been accused of rights abuses while serving as a military chief during the dying days of the Suharto dictatorship a generation ago.
Prabowo claimed a first-round victory over two rivals last month but was officially announced as the new leader by the elections commission on Wednesday, crowning his decades-long battle to win high office in Southeast Asia´s largest economy.
The defence minister won the presidency after a rebrand and rise in popularity aided by his vast wealth, nationalist verve in populist speeches and strongman credentials as chief of the influential military.
"At 18, I signed a vow, I was ready to die for the people and the nation. I have not revoked the vow. I am ready if God summons me," he told a campaign rally before the election, touting his military service.
The former general´s political ambitions came to the fore in 2004 but he failed to become the presidential candidate of the Golkar party, Suharto´s former political vehicle.
He ran for vice president in 2009 with ex-president Megawati Sukarnoputri, who failed to win. He would lose the next two presidential elections to the popular Joko Widodo, who is stepping down after reaching the constitutional two-term limit.
Rights groups have expressed alarm that Prabowo could roll back hard-won democratic freedoms, pointing to accusations he ordered the abduction of democracy activists at the end of Suharto´s rule.
Prabowo was dismissed from the military in 1998 over the abductions. The United States for years refused him a visa over his rights record, but he denied the accusations and was never charged.
He has since rehabilitated his image, partly thanks to a savvy social media campaign targeting Indonesia´s youth in which he is portrayed as a "cuddly grandpa".
Rising approval ratings that made him the presidential favourite were also in no small part due to cannily picking Widodo´s eldest son Gibran Rakabuming Raka as his running mate.
Analysts said Prabowo´s chances were helped by Widodo´s popularity and support, as well as younger Indonesians -- more than half of nearly 205 million eligible voters -- who did not come of age under Suharto.
"We will fight to bring prosperity for all people of Indonesia. We will continue what was already being built by previous presidents," Prabowo said in a final pitch to supporters at a campaign rally.