Poros Maritim Ditopang Lima Pilar Politik Luar Negeri Indonesia
Retno Marsudi: Indonesia`s Foreign Policy Priorities in Five Years Ahead

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Minggu, 11 Januari 2015
Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri KTT G20 di Beijing melakukan perundingan delegasi AS dipimpin Presiden Barack Obama dan Presiden Vladimir Putin yang memimpin delegasi Rusia (Foto2: setkab.go.id)

Jakarta (B2B) - Pemerintah RI menetapkan Lima Pilar politik luar negeri Indonesia sebagai penopang Poros Maritim Dunia yang dikemukakan Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri KTT kesembilan Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar pada 13 November 2014.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengemukakan kelima pilar tersebut adalah membangun budaya maritim, pengamanan dan pengelolaan sumber daya laut, membangun infrastruktur dan konektivitas maritim, kerjasama maritim melalui diplomasi, dan pembangunan kekuatan pertahanan maritim.

Berdasarkan visi dan misi Presiden Jokowi itu, menurut Menlu, maka dalam 5 (lima) tahun ke depan akan diprioritaskan pada: a. Menjaga kedaulatan Indonesia; b. Meningkatkan perlindungan terhadap warga negara dan badan hukum Indonesia; dan c. Meningkatkan diplomasi ekonomi.

Menurut Menlu RI Retno Marsudi, diplomasi Indonesia akan dilakukan untuk melindungi kedaulatan wilayah Negara Republik Indonesia. Ia menegaskan, pergaulan internasional harus didasari pada prinsip penghormatan terhadap integritas wilayah territorial masing-masing negara.

“Indonesia tidak akan membiarkan prinsip-prinsip tersebut dilanggar oleh pihak lain,” kata Retno Marsudi dalam pernyataan tahunan selaku Menlu RI, di kantornya di Jakarta, belum lama ini.

Sejalan dengan prinsip tersebut, meurut Menlu, diplomasi perbatasan akan lebih ditingkatkan pada tahun 2015.

Khusus untuk penyelesaian batas maritim, lanjut Menlu, Indonesia telah menyusun roadmap perundingan perbatasan. “Pemerintah Indonesia juga akan meningkatkan kehadirannya di wilayah perbatasan.”

Adapun terkait dengan prioritas kedua yaitu: meningkatkan perlindungan terhadap warga negara dan badan hukum Indonesia, menurut Menlu Retno Marsudi,  Indonesia hanya akan melakukan kerja sama pengiriman buruh migran apabila (i) negara tujuan memiliki peraturan nasional yang mengatur perlindungan terhadap buruh migran asing; dan/atau (ii) Indonesia memiliki perjanjian bilateral dengan negara tujuan yang mengedepankan perlindungan buruh migran Indonesia.

Penguatan perlindungan bagi Buruh Migran Indonesia, lanjut Retno, juga akan dilakukan pada tingkat regional, termasuk mendorong terbentuknya instrumen hukum ASEAN tentang perlindungan buruh migran yang bersifat non-diskriminatif.

“Diplomasi dan politik luar negeri Indonesia harus dapat memberikan perlindungan dan rasa aman bagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negeri,” tegas Menlu.

Sementara terkait prioritas meningkatkan diplomasi ekonomi, Menlu Retno Marsudi menjelaskan, kerja sama regional dan internasional di bidang infrastruktur maritim, energi, perikanan dan pelestarian lingkungan bahari akan ditingkatkan.

Pada tingkat bilateral, lanjut Menlu, kerja sama maritim juga akan dikembangkan dalam kerangka kemitraan strategis dan komprehensif dengan negara sahabat.

Menlu menambahka, komitmen dan tekad Pemerintah Indonesia untuk menegakkan hukum di laut dalam rangka memberantas pencurian ikan atau illegal fishing akan diteruskan.

“Sudah terlalu lama aktivitas illegal berlangsung di perairan Indonesia. Karena itu, illegal fishing harus dihentikan,” kata Menlu seraya menyebutkan, Indonesia siap bekerja sama dengan negara lain dalam pemberantasan  illegal fishing itu.

Dalam kaitan dengan diplomasi ekonomi Indonesia, menurut Menlu, juga akan difokuskan pada upaya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektivitas. “Pembanguan deep sea ports dan pengembangan power plants merupakan beberapa bidang yang dapat dikerjasamakan dengan pihak asing.”

Di bidang perdagangan, kata Menlu, upaya untuk meningkatkan ekspor ke non-traditional dan untapped market akan terus dilakukan. Ia menegaskan, Indonesia tidak akan dapat menerima perlakuan diskriminasi terhadap komoditi Indonesia yang diperlakukan secara tidak adil dengan tuduhan tidak mendasar, seperti yang terjadi atas CPO Indonesia.

Menlu Retno Marsudi juga menjelaskan, upaya untuk menarik modal asing ke Indonesia juga akan terus dilakukan. Ia meyakini, komitmen Pemerintah untuk menyederhanakan perijinan dan membuat “one stop service”  akan meningkatkan minat investor asing ke Indonesia.

“Saat ini Pemerintah sedang menyelesaikan draft Bilateral Investment Treaty, yang akan menjadi rejim perjanjian baru investasi Indonesia dengan negara lain,” ujar Retno seraya menyebutkan, diplomasi Indonesia juga akan diarahkan pada upaya untuk mendukung kemandirian di bidang pangan dan di bidang energi, terutama energi baru dan terbarukan.

Ditambahkan Menlu, diplomasi Indonesia juga akan diarahkan pada upaya untuk mendukung kemandirian di bidang pangan dan di bidang energi, terutama energi baru dan terbarukan.

Untuk memfasilitasi tindak lanjut kegiatan diplomasi ekonomi di luar negeri, Kementerian Luar Negeri akan membentuk “Task Force Diplomasi Ekonomi” yang dikoordinir oleh Wakil Menteri Luar Negeri.

“Unit ini akan berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait guna memastikan bahwa peluang bisnis, kerja sama pembangunan dan kesepakatan-kesepakatan ekonomi dengan negara lain dapat segera ditindaklanjuti,” papar Menlu, seperti dilansir setkab.go.id.

Penyampaian pidato tahunan Menlu RI di hadapan para duta besar negara sahabat itu, juga dihadiri para pejabat eselon satu dan dua di Kemenlu, dan ratusan wartawan media cetak, elektronik dan online dari dalam dan luar negeri.


Jakarta (B2B) - Indonesian President Joko Widodo has expressed the vision of Indonesia as the World Maritime Axis, who has five main pillars while attended the 9th East Asia Summit, in Nay Pyi Taw, Myanmar on November 13, 2014. 

Indonesian Foreign Minister Retno Marsudi revealed the five pillars are building a maritime culture, preservation and management of marine resources, build the infrastructure and maritime connectivity, maritime cooperation through diplomacy, and development of maritime defense forces.

Based on the vision and mission of President Widodo, Mrs Marsudi added, within five years ahead will be prioritized on maintain the sovereignty of Indonesia, improve the protection of citizens and legal entities of Indonesia, and improving economic diplomacy.

She added, Indonesian diplomacy will be done to protect the sovereignty of the Republic of Indonesia. She emphasized that international relations should be based on the principle of respect for territorial integrity of each country.

“Indonesia will not allow these principles are violated by anyone else,” minister Marsudi said in the annual statement as foreign affairs minister, at her office here recently.

Related to the completion of maritime boundary, FM continued, Indonesia has compiled the roadmap border negotiations. “The Indonesian government will also increase the attendance in the border region.”

The second priority that is ; improving the protection of citizens and legal entities Indonesia, she added, Indonesia will only cooperate migrant laborers if (i) the destination country has national regulations that govern the protection of foreign migrant workers; and/or (ii) Indonesia has bilateral agreements with destination countries that promote the protection of Indonesian migrant workers.

The strengthening of protection for Indonesian migrant workers, Mrs Marsudi, will also be conducted at the regional level, including encouraging the establishment of the instruments of ASEAN legal on the protection of migrant workers who are non-discriminatory.

“The diplomacy and Indonesian foreign politics must be able to provide protection and security for citizens and Indonesian legal entities abroad,” she said.
While that the related with priority in improving of economic diplomacy, Mrs Marsudi explained, regional and international cooperation on the field of maritime infrastructure, energy, fisheries and conservation of marine environment will be improved.

At the bilateral level, foreign minister continued, maritime cooperation will also be developed in the framework of strategic partnerships, and comprehensive with friendly countries.

She added that the Indonesian government commitment and determination to enforce the law of the sea in order to combat of illegal fishing will be forwarded.

“It’s too long the illegal fishing activities takes place in the waters of Indonesia. Therefore, the illegal fishing must be stopped,” Mrs Marsudi added that Indonesia is ready to cooperate with other country in the fight against illegal fishing.

Regarding to Indonesian economic diplomacy, she said, Indonesia will also focused on efforts to accelerate infrastructure development and connectivity. “The Development of deep sea ports and development of power plants account for some of the fields that could be cooperated with foreign parties.”

On the issue of trade, she said, efforts to increase the export of non-traditional and untapped market will continue to be implemented. She emphasized that Indonesia will not be able to accept the discrimination to the Indonesian commodities that treated unfairly by allegations baseless, as happened on Indonesian CPO.

Mrs Marsudi also explained that the efforts to attract foreign capital to Indonesia will continue to be made. He believes the government’s commitment to simplify the permitting and create “one stop service” will increase the interest of foreign investors to Indonesia.

“Currently, the government is finalizing a draft of Bilateral Investment Treaty, that would be a new treaty regime of Indonesian investment with other countries,” Mrs Marsudi said as she mentions, that the Indonesian diplomacy will also be directed at the efforts to support the self-sufficiency in food and energy sectors, especially new and renewable energy.

To facilitate economic diplomacy in overseas, the Ministry of Foreign Affairs will establish a “Task Force of Economic Diplomacy” organized by the Indonesian Deputy Minister of Foreign Affairs.

“This unit will coordinate with the Ministry/related institution to ensure that business opportunities, development cooperation, and economic agreements with other countries can be acted upon immediately,” she said.

The delivery of the annual speech of Foreign Minister in front of ambassadors of friendly countries, also attended by officials from the Foreign Ministry Echelon I and II, and hundreds of journalists from both domestic and foreign.

TERKAIT - RELATED