DIDUGA sebagai dalang dari pemboman Jakarta dan kabarnya telah mengunggah sebuah manifesto teror yang menyerukan serangan baru menggunakan senjata-senjata sederhana seperti obeng dan pecahan kaca.
Kepolisian RI (Polri) menuding tokoh militan Bahrun Naim sebagai dalang pemboman di Jakarta pekan lalu di mana dua warga sipil dan empat gerilyawan tewas di pusat kota Jakarta.
Naim diperkirakan berada di Suriah dan para pengamat mengatakan ia memuji 'koordinasi' dari serangan teror Paris melalui posting di blog-nya pada November lalu.
Dia dilaporkan mengaktifkan kembali blognya pada Senin dan mengunggah serangkaian pesan penuh kebencian pada 18 Januari di mana ia meminta pengikutnya untuk menyerang musuh-musuh mereka.
'Gunakan obeng ... pakai pisau dapur ... kalau perlu pecahan kaca," dari penggalan seruannya yang menyerukan pengikutnya untuk 'membunuh' musuh-musuh mereka.
Melalui posting lain pada Senin dia memuji serangan pekan lalu dan menetapkan polisi dan warga asing sebagai target dari serangan pada Kamis (14/1).
Dia mengklaim serangan itu merupakan tindakan balas dendam atas pembunuhan oleh kelompok kepolisian Indonesia yang disebutnya 'Yesus 88', seperti dikatakan Jakarta Post merujuk pada perlawanan terhadan kekuatan pasukan khusus antiterorsme, Densus 88.
Dr Sidney Jones, direktur Institut Analisis Kebijakan dan Konflik yang berbasis di Jakarta, mengatakan kepada Daily Mail Australia bahwa tulisan yang diunggah Bahrun Naim adalah otentik, seperti dilansir MailOnline.
"Dia mendorong orang untuk menggunakan cara apapun yang mereka miliki untuk menyerang musuh," kata Dr Jones dari Singapura pada Rabu.
Seorang sarjana terkemuka tentang terorisme Asia Tenggara, Dr Jones mengatakan badan intelijen mengakui Naim sebagai 'biang kerok' sejak dia meninggalkan Indonesia menuju Suriah pada Januari 2015.
Pada November, ia menggungah di blog-nya tulisan berjudul 'Pelajaran Dari Serangan Paris' di mana ia memuji karya para teroris di teater Bataclan dan di tempat lain di kota Paris, Perancis pada November tahun lalu.
Menurut Dr Jones, melalui blog-nya dia mendesak pengikutnya di Indonesia untuk mempelajari perencanaan, penargetan, waktu, koordinasi, keamanan dan keberanian para pelaku teror.
Naim dinyatakan sebagai arsitek dari pemboman Jakarta oleh polisi Indonesia pekan lalu meskipun beberapa ahli mengatakan ia menjadi penghubung antara Negara Islam dan kelompok-kelompok lokal di Indonesia.
Profesor Greg Barton, direktur Pusat Riset Terorisme Global di Universitas Monash, menjelaskan bahwa Naim sebagai penghubung antara pimpinan Negara Islam (ISIS) dan Indonesia.
'Saya memperkirakan Bahrun Naim mengikuti instruksi dari pemimpin tertinggi dalam rantai komando ISIS," kata Prof Barton.
"Tidak diragukan lagi dia ingin membuktikan dirinya kepada pemimpin ISIS tetapi kemungkinan bahwa niat untuk bertindak melampaui Naim - dia adalah penghubung antara pimpinan ISIS dan Indonesia.
'Oleh karena itu dia adalah ancaman yang dianggap serius. Ini sebanding dengan serangan serigala - tapi itu tidak berarti mereka tidak juga bekerja untuk sesuatu."
Sebelum keberangkatannya ke Suriah, Naim adalah tokoh radikal dan diketahui sebagai mantan pemilik warnet, menurut CNN pekan lalu, pernah dipenjara selama 2,5 tahun karena kepemilikan senjata ilegal.
THE SUSPECTED mastermind of the Jakarta bombings has purportedly uploaded a terror manifesto calling for more attacks using rudimentary weapons such as screwdrivers and broken glass.
Authorities named militant Bahrun Naim as the mastermind behind last week's bombings where two civilians and four militants were killed in the heart of the Indonesian capital.
Naim is thought to be in Syria and researchers said he had praised the 'coordination' of the Paris terror attacks in a blog post last November.
He reportedly re-activated his blog on Monday and uploaded a series of hateful messages on January 18 where he called on his followers to attack their enemies.
'Use a screwdriver... use a kitchen knife... even use broken glass,' said one part of the diatribe calling on his followers to 'kill' enemies.
Another post uploaded on Monday praised last week's attacks and named police and foreigners as the targets of last week's attack.
It claimed the attacks were an act of revenge for killings by an Indonesian police force group he called 'Jesus 88', which the Jakarta Post said referred to counterterrorism force Densus 88.
Dr Sidney Jones, director of the Jakarta-based Institute of Policy Analysis and Conflict, told Daily Mail Australia the posts were authentic.
'He's encouraging people to use any means at their disposal to attack the enemy,' Dr Jones said from Singapore on Wednesday.
A leading scholar in south-east Asian terrorism, Dr Jones said intelligence agencies had known Naim was 'trouble' since he left Indonesia for Syria in January 2015.
In November, he posted a blog titled 'Lessons Learned From The Paris Attacks' where he praised the work of the killers at the Bataclan theatre and elsewhere in the French city in November.
According to Dr Jones, in the blog he urged his Indonesian audience to study the planning, targeting, timing, coordination, security and courage of the killers.
Naim was pegged as an architect of the Jakarta bombings by Indonesian police last week although some experts said he was more of a conduit between the Islamic State and local Indonesian groups.
Professor Greg Barton, the director of the Global Terrorism Research Centre at Monash University, described Naim as the link between the Islamic State leadership and Indonesia.
'My feeling is Bahrun Naim is following instructions from high up in the IS chain of command,' said Prof Barton.
'No doubt he wants to prove himself to his IS superiors but it is likely that the intent to act goes well beyond Naim - he is the conduit between the IS leadership and Indonesia.
'Therefore the threats are to be taken seriously. It's an appeal to lone wolf attacks - but it doesn't mean they're not also working to something
Before his departure to Syria, Naim was a known radical and former internet cafe owner who, according to a CNN profile last week, was jailed for 2.5 years for illegal possession of ammuntion.