Ahmad Dhani Disorot Media Jerman Kenakan Seragam Jenderal Nazi
Indonesia: Election Campaign in Himmler`s SS Uniform

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Rabu, 25 Juni 2014
Ahmad Dhani di majalah Der Spiegel (kanan) dan Heinrich Himmler bersama pemimpin Nazi, Adol Hitler (Foto: spiegel.de dan freeinfosociety.com)

LAGU ´We Will Rock You´ dalam estetika Nazi: mantan jenderal dari Indonesia, Prabowo Subianto mengikuti pemilihan presiden - dan seorang penyanyi mendukungnya mengenakan seragam Heinrich Himmler - salah satu jenderal pemimpin Nazi, Adolf Hitler. 

Itulah bunyi kepala berita (lead) di media terkemuka Jerman, Der Spiegel versi online (spiegel.de) menyoroti penampilan Ahmad Dhani dalam video klip menggunakan lagu adaptasi dari karya Queen, rock band legendaris dari Inggris, untuk mendukung pasangan capres-cawapres nomor satu, Prabowo-Hatta, menjadi perhatian media terkemuka di Jerman, Der Spiegel.

Der Spiegel menyoroti aksi Ahmad Dhani lantaran pentolan grup band Dewa 19 mengenakan army look yang mirip dengan seragam Heinrich Luitpold Himmler, komandan kesatuan elit Nazi, Schutzstaffel SS yang memimpin penculikan dan penangkapan warga Yahudi di Eropa untuk dibantai di kamp konsentrasi Auschwitz dan lainnya.

Der Spiegel menulis, dalam dua pekan ke depan, negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia akan memilih presiden baru. Lebih dari 185 juta penduduk Indonesia akan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 9 Juli untuk memilih dua kandidat presiden - Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Joko Widodo dan mantan jenderal Prabowo Subianto.

Tokoh karismatik, Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, adalah kandidat favorit dalam kampanye pemilihan presiden. Tapi pesaingnya terus berusaha menggunakan berbagai cara. Untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo, tim kampanye mengusung lagu adaptasi Queen untuk menginspirasi kaum muda Indonesia memilih Prabowo Subianto.

Mengadopsi lagu klasik Queen berjudul ´We Will Rock You´ yang menghentak-hentak, Ahmad Dhani dan artis pendukungnya mengusung kandidat Prabowo dan wakilnya Hatta Rajasa. Lirik lagunya menyebutkan: "Indonesia bangkit, siapa lagi yang dapat membangkitkan semangat Indonesia yang terpuruk siapa lagi kalau bukan kita?"

Prabowo tampil dalam estetika Nazi.

Menurut Der Spiegel, penampilan penyanyinya, Ahmad Dhani lebih eksplosif, lantaran seragam yang dikenakan Ahmad Dhani. Dia mengenakan jaket hitam yang mirip seragam pemimpin SS, Heinrich Himmler. Dhani mengenakan emblem dan asesoris khas militer serta ´medali berdarah´ di dadanya.

"Dhani memakai lencana pada kerah dan lencana merah pada bagian saku kanan yang sama (dengan seragam Himmler)," tulis Der Spiegel, Selasa 24 Juni 2014. 

Der Spiegel menilai, Dhani tampaknya mengasosiasikan Nazi sebagai pembangkit semangat perubahan di Indonesia. Begitu pula "Third Reich" dianggap sebagai model pemerintahan yang efisien dan kuat. Buku Adolf Hitler berjudul "Mein Kampf" banyak dijual di toko buku. Di Bandung, bahkan ada kafe yang seluruh pelayannya mengenakan seragam alam SS dari Nazi.

Bahkan capres Prabowo menampilkan simbol-simbol militer dalam kampanyenya. Pada laman resminya di Facebook, politisi ini tampil dalam semangat militer untuk partainya, "Gerakan untuk Indonesia Raya" disingkat Gerindra.

Namun Der Spiegel salah mengutip, dengan menyebut Prabowo sebagai anak dari diktator Indonesia, Soeharto, padahal sebenarnya adalah mantan menantunya. Sebagai jenderal, dia pernah memerintahkan pembantaian pada dekade 80-an dan 90-an di Timor Timur.

Setelah mantan mertuanya lengser pada 1998, Prabowo menyingkir beberapa lama di Yordania. Setelah kembali ke Indonesia, dia pun mendirikan partai bernama Gerindra pada 2008.

Dalam kampanye pilpres, elektabilitas Prabowo berada jauh di bawah Jokowi. Tapi dalam beberapa pekan ini, selisih elektabilitas keduanya terus menipis di jajak pendapat. Sementara, media massa di Indonesia terus memberitakan persaingan kedua kandidat presiden.

Der Spiegel mengakhiri ulasannya dengan menyebut, aktivis demokrasi dan banyak jurnalis yang khawatir apabila Prabowo terpilih sebagai presiden maka Indonesia akan kembali pada ´masa kegelapan´ di bawah pemerintahan diktator.


"WE WILL ROCK YOU" in Nazi aesthetics: ex-general Prabowo Subianto sets in the struggle for the Indonesian president on bellicose - and a singer Heinrich Himmler in uniform. When the voters come to presidential race.

Jakarta - In two weeks, the largest Islamic country in the world will elect a new head of state. More than 185 million Indonesians on July 9, the choice between two presidential candidates - the governor of the capital, Jakarta, Joko Widodo, and ex-general Prabowo Subianto.

The charismatic Widodo, nicknamed Jokowi, is the favorite in the final weeks of the campaign. But his rival candidate pulls out all the stops. For the final sprint published Prabowos campaign team a song to inspire particularly the young Indonesians. 

To the Queen classic "We Will Rock You" chant melody four prominent Indonesian pop stars the names of Prabowo and his vice-Hatta Rajasa candidates. It is further stated in the text: "Indonesia awake, Who else is able to awaken out of his misery Indonesia Who else if not us?"

Prabowo plays with Nazi aesthetics 

More explosive than the lyrics, however, is the outfit of the singer Ahmad Dhani. He wears a black uniform jacket that resembles the uniform of the SS leader Heinrich Himmler confusingly. Dhani wears the same insignia and the so-called blood medals on his chest.

This deliberately staged association with symbols of the Nazi regime in Indonesia is a lively response. The "Third Reich" many regarded as a model in terms of military strength and efficiency of government. Adolf Hitler´s "Mein Kampf" is sold in many bookstores. In the city of Bandung, there is even a café serving in the waiter in SS uniforms food and drink. 

Even presidential candidate Prabowo puts in his campaign on military aesthetics. On its official Facebook page the politician shows in the uniforms of the militia of his Gerindra Party, the "Movement for a Greater Indonesia".

Fear of electoral victory of the ex-general 

Prabowo is the former son of longtime dictator Suharto. As a general, he commanded in the eighties and nineties massacre in the troubled province of East Timor. 

After the fall of his father in 1998 Prabowo went on for some time in exile in Jordan. After his return home he founded in 2008 the Gerindra party. 

In the current election campaign, he has long been regarded as hopeless in a duel with his opponent Jokowi. In recent weeks, the gap between the two leading candidates has decreased rapidly in the polls. Meanwhile, the media go in Indonesia from a head-to-head race from. 

Democracy activists and journalists fear in an election victory Prabowos a return to the dark days of the dictatorship.

TERKAIT - RELATED