Nagekeo, NTT [B2B] - Penerapan teknologi Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] menjadikan petani di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] pintar mengadaptasi perubahan iklim, didukung teknologi pertanian modern membuat Oseas mampu meningkatkan produktivitas pertanaman jagung seluas satu hektar.
"Dengan lahan satu hektar tanaman jagung, saya bisa menyekolahkan kelima putra saya," kata Oseas yang ditemui Tim Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] dari Kementerian Pertanian RI yang melakukan evaluasi SIMURP di Kabupaten Nagekeo, NTT pada Jumat pekan lalu [22/9].
Pengakuan serupa dikemukakan Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda dan Koordinator Penyuluh Pemkab Nagekeo, Matilde Aso kepada Tim SIMURP dari Kementan.
Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa CSA memiliki dampak positif bagi pertanian, untuk meningkatkan produktivitas pertanian, meningkatkan indeks pertanaman [IP] dan pendapatan petani di daerah irigasi dan daerah rawa lokasi SIMURP.
“Pendekatan budidaya CSA atau menghadapi dampak perubahan iklim, petani diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami dan memprediksi perubahan iklim melalui pendekatan CSA,” katanya.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengakui bahwa teknologi CSA merupakan kunci utama peningkatan produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim.
"BPPSDMP Kementan senantiasa mendorong dan mendukung SDM pertanian mengoptimalkan pemanfaatan inovasi dan teknologi pertanian melalui penerapan CSA," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan teknologi CSA merupakan kunci utama peningkatan produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim.
Testimoni Petani CSA
Dari kegiatan evaluasi Tim SIMURP Kementan pada Jumat pekan lalu [22/9] terbukti bahwa Program SIMURP membawa perubahan positif bagi para petani di Nagekeo, salah satunya dari testimoni Oseas, petani Penerima Manfaat Program SIMURP.
"Berkat dukungan Program SiMURP, yang mengajarkan banyak hal kepada petani, bagaimana melakukan pertanian pintar termasuk dalam menyikapi perubahan iklim," katanya.
Oseas menambahkan, bantuan peralatan pertanian modern, dan akses ke sumber daya yang lebih baik, membuat Oseas berhasil mengelola lahan jagungnya dengan maksimal.
Saat kunjungan lapang ke Demplot jagung milik Oseas, Tim SIMURP ditunjukkan Oseas tentang bagaimana dia mengairi lahan jagungnya dengan air tanah dalam a la CSA SIMURP.
"Program SiMURP adalah anugerah bagi petani Nagekeo. Dengan bantuan teknologi pertanian modern dan pengetahuan yang diperoleh, berhasil meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas hasil. Dampaknya positif pada perekonomian lokal. Penjualan hasil produk pertanian meningkat di Nagekeo," kata Oseas.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda mengaku sangat bahagia dan bangga melihat perkembangan petani-petani seperti Oseas.
"Program SiMURP merupakan investasi bagi pertanian berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan petani di Nagekeo. Kami akan terus mendukung petani-petani Nagekeo untuk mencapai kesuksesan serupa," katanya.
Sementara Matilde Aso, Koordinator Penyuluh Kabupaten mengakui perubahan iklim adalah ancaman serius bagi pertanian Nagakeo, karena itu, kami bekerja keras mengubah cara kami bertani. Caranya, mengajak petani untuk mengurangi jejak karbon melalui praktik pertanian berkelanjutan.
"SIMURP mendorong dan mendukung penggunaan pestisida nabati, varietas padi unggul rendah emisi, teknik pengairan hemat air, jajar legowo, pemupukan berimbang dan penggunaan bahan organik diharapkan berkontribusi dalam peningkatan produksi, produktivitas dan IP padi maupun non padi," kata Matilde Aso yang dikenal gigih mengedukasi dan memberdayakan petani Nagekeo menerapkan CSA.
Dukungan Pemda
Joaz Bily Oemboe Wanda mengharapkan pembinaan penyuluh diperkuat melalui peningkatan kinerja penyuluh melalui sistem kerja yang lebih efektif. Penyuluh harus mampu berinovasi di wilayah binaan masing-masing, sejalan perubahan dalam pembangunan dan pola pikir masyarakat.
"Salah satu tantangan adalah keterbatasan anggaran, terutama dalam hal penyuluhan pertanian," katanya.
Oemboe mengusulkan untuk membuat spesifikasi tersendiri bagi Kawasan Timur Indonesia seperti di wilayah Elon, telah dikembangkan sebuah kelompok dengan mendorong dan menyemangati memajukan sektor pertanian di era baru.
"Saya harapkan petani NTT dapat menerapkan CSA dengan sukses, bukan hanya di Nagekeo, juga sebagai model yang dapat diadopsi oleh penyuluh lain NTT," katanya.
Oemboe berharap upaya tersebut dapat terus ditingkatkan, dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan disesuaikan kemampuan SDM, sarana, dan prasarana di setiap wilayah.
"Ini adalah konsep KISS, singkatan dari Koordinasi Integrasi Sinergi Sistematis yang disesuaikan dengan realitas lokal, menciptakan klaster khusus untuk Indonesia Timur," katanya lagi. [timsimurpkementan]
Nagekeo of East Nusa Tenggara [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.