Toba, Sumut [B2B] - Kegiatan Pengabdian Masyarakat [PM] menjadi kewajiban setiap perguruan tinggi, begitu pula Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] selaku politeknik lingkup Kementerian Pertanian RI, utamanya mendorong produktivitas pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Pada kegiatan PM di Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara [Sumut], belum lama ini, dosen Polbangtan Medan bersama penyuluh pendamping di BPP Balige mengajak petani dan masyarakat setempat, untuk mengolah ´sampah dapur menjadi eco-enzyme´.
Penyuluh Roida Silalahi dan dosen Polbangtan Medan, Herawaty didampingi Ira Lisyani Tampubolon mengurai tentang pembuatan dan pemanfaatan eco-enzyme, yang merupakan cairan alami serbaguna yang terbuat dari fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dicampur air dengan waktu fermentasi tiga bulan.
Sampah dapur setiap hari diproduksi dan secara kuantitas bertambah sehingga sangat perlu untuk dikelola menjadi produk bermanfaat dengan mudah dan murah, seraya mengurangi limbah dapur rumah tangga.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, meyakini kaum milenial yang inovatif dan memiliki gagasan yang kreatif mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri, modern.
"Kita fasilitasi mereka. Kita tingkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui pelatihan. Kita manfaatkan teknologi, alsintan, jejaring hingga pemasaran. Kita ubah pola pikir generasi muda bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya sektor yang menjanjikan terlebih di tengah pandemi ini," kata Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa saat ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern," katanya.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kata Dedi Nursyamsi, saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian.
Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengatakan pihaknya aktif melakukan Pengabdian Masyarakat Pembinaan BP3K bagi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian di Sumatera bagian utara.
Penyuluh Roida Silalahi mengatakan eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, aneka gula dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
"Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian dan juga peternakan. Pada dasarnya, eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran," kata Roida.
Menurut Roida, enzim dari ´sampah rumah tangga´ adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat.
"Cairan ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif,” tambahnya. [ira/timhumaspolbangtanmedan]
Toba of North Sumatera [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.