Tanah Laut, Kalsel (B2B) - Brigade Pangan (BP) menjadi salah satu solusi Kementerian Pertanian RI dalam mencapai swasembada pangan dan memberdayakan petani.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa BP tidak hanya mengoptimalkan pemanfaatan lahan, juga menjadi model pemberdayaan petani yang berkelanjutan.
Kolaborasi ini diharapkan mampu menciptakan perubahan nyata dalam mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
“BP adalah pasukan terdepan yang melibatkan petani dengan dikawal oleh penyuluh pertanian, Babinsa, dan pegawai ASN Kementan, serta generasi muda untuk berkolaborasi dalam mengoptimalkan sektor pertanian," katanya.
BP menjadi garda terdepan, kata Mentan, dalam rangka menggerakkan para petani untuk lebih produktif terutama bagi petani milenial.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti menyampaikan bahwa mewujudkan swasembada pangan ini tidak bisa sendirian, kita harus terus bergandengan tangan dengan semua pihak.
“Kementan mendorong intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi melalui peningkatan produktivitas, penggunaan benih unggul, teknologi lainnya dan inovasi," katanya.
Sementara ekstentifikasi, ungkap Idha, kita dorong oplah pada lahan rawa dan cetak sawah rakyat.
Hal itu yang mendasari Tenaga Ahli Menteri (TAM) Pertanian yang dipimpin oleh Muhammad Syakir, melakukan kunjungan kerja pada tiga BP di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Peninjauan bertujuan untuk memastikan kesiapan petani dalam mencapai target Indeks Pertanaman (IP) 200 serta mengidentifikasi kendala yang dihadapi di lapangan.
Selama kunjungan, Syakir kembali menyoroti pentingnya pencatatan dan pelaporan yang akurat. Ia menegaskan bahwa BP yang tidak memiliki data perkembangan tanam berisiko kehilangan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) karena progres IP mereka tidak terlihat secara jelas, pada Rabu, (12/02/2025).
"Kita harus memprioritaskan Brigade Pangan yang serius dan siap panen. Mereka yang berkomitmen lebih berhak mendapatkan alsintan maupun bantuan lainnya," ujar Syakir.
Dalam kunjungan, rombongan meninjau tiga BP di Tanah Laut di yang pertama adalah BP Semangat Muda di Kecamatan Takisung dengan progres masih dalam tahap persiapan untuk mencapai target IP 200,
Sementara BP Karya Bersama Milenial di Kecamatan Pelaihari progres udah memasuki masa panen, tetapi hingga saat ini belum mendapatkan combine harvester dan lokasi terakhir.
Sedangkan BP Muda Berbakat di Kecamatan Kurau, progress BP ini memiliki dua unit TR2 dan satu unit combine harvester.
Hadir mendampingi kunjungan ini, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Atekan beserta rombongannya.
Dalam paparannya Atekan menegaskan bahwa pencatatan progres IP menjadi faktor kunci dalam evaluasi keberhasilan Brigade Pangan.
"Jika perkembangan IP tidak terlaporkan dengan baik, maka peningkatan produksi tidak akan terlihat. Ini dapat berisiko terhadap pengurangan atau bahkan penarikan alsintan yang sudah diberikan," katanya.
Oleh karena itu, kata Atekan, BP harus aktif dalam pencatatan dan pelaporan agar bisa terus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
Atekan juga menambahkan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada keterlibatan petani milenial dalam menerapkan teknologi pertanian modern.
Dengan penerapan mekanisasi dan tata kelola yang baik, diharapkan Brigade Pangan di Tanah Laut dapat mencapai target IP 200 serta berkontribusi dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
“Dengan evaluasi ini, diharapkan Brigade Pangan di Tanah Laut semakin solid dalam menjalankan program pertanian serta mampu meningkatkan produktivitas pertanian di Kalimantan Selatan," pungkas Atekan.
Tanah Laut of South Borneo [B2B] - The objective of the Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.