Belitung, Babel [B2B] - Kiprah Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan [DPM/DPA] dari Kementerian Pertanian RI kian nyata seperti Candra, DPM asal Bangka Belitung [Babel], yang mengembangkan Rimba Alam Bahagia sebagai kawasan agroeduwisata dari potensi pertanian di Desa Kacang Butor, Kecamatan Badau Belitung.
Dalam kunjungan kerja di Belitung, Sabtu [11/12], Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi didampingi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan BPPSDMP] Idha Widi Arsanti melihat pengembangan usaha Candra, yang sukses mengembangkan usaha tanaman organik sebagai sarana edukasi sekaligus pengembangan bisnis.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meyakini hadirnya DPM/DPA dapat menjadi pengungkit regenerasi petani yang adaptif teknologi serta mendukung terwujudnya target 2,55 juta pengusaha pertanian dari kalangan milenial [DPM/DPA] mendukung ketahanan pangan.
"Mereka harus menjadi champion, melakukan trigger serta resonansi kepada petani milenial di daerahnya, " kata Mentan Syahrul.
Hal senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa generasi milenial menjadi bonus demografi Indonesia yang harus terus diberdayakan, salah satunya pada sektor pertanian.
"Kementan mendorong dan mendukung DPM/DPA menjadi motor penggerak petani-petani milenial di daerah asal masing-masing," katanya.
Menurutnya, bidang usaha pertanian DPM/DPA bervariasi seperti budidaya hortikultura, tanaman pangan, ternak, pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan jasa alat mesin pertanian hingga agroeduwisata, seperti halnya Rimba Alam Bahagia oleh Candra yang merupakan destinasi digital di Desa Kacang Butor, Kecamatan Badau Belitung yang dipadu keindahan alam asri hutan belitung.
“Petani milenial terlebih DPM/DPA harus jeli melihat peluang dan mengembangkannya sesuai karakter dan potensinya. Tak hanya menguntungkan dari aspek usaha, juga ketahanan pangan, lingkungan dan warga sekitar. Usaha pertanian yang baik memikirkan keberlangsungan di masa depan, Candra telah melaksanakan itu semua,” kata Dedi.
Candra menjelaskan bahwa usahanya berawal dari kepedulian terhadap pangan yang sehat sehingga komoditas yang dikembangkan pun beragam mulai talas Belitung yang menjadi unggulannya hingga labu, lemon, serta buah-buah lokal lainnya.
“Saya berpikir bagaimana supaya masyarakat mendapat sayur yang sehat, karena di di sini sayur organik sangat sulit diperoleh, bahkan tidak ada,” katanya.
Diawali kepedulian dan setelah melihat potensi pasar, Candra memulai usahanya dengan membangun dua greenhouse berukuran 15 x 30 m, dan kini berkembang menjadi delapan greenhouse. Hal itu, didukung basis pendidikan sebagai guru, Candra berupaya mendorong usahanya terintegrasi dengan edukasi dan wisata, bagi kepentingan pelajar dan pengembangan potensi wisata.
“Saya bersyukur saat ini, Rimba Alam Bahagia telah menjadi sebuah kawasan ekowisata pertanian dan pembelajaran terintegrasi, pada total lahan 32 hektar. Ke depan, saya akan terus berupaya mengembangkan rumah-rumah pendidikan pelatihan (diklat) untuk menunjang pengetahuan pelajar dan masyarakat terhadap pertanian," katanya.
Menurut Candra, saat Rimba Alam Bahagia telah menjalin kerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Belitung, sehingga dia makin optimis dapat menggerakkan petani milenial di daerahnya untuk bekerja keras dan berinovasi di sektor pertanian.
Belitung of Bangka Belitung [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.