Jakarta (B2B) - Pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian memastikan pasokan bawang merah nasional cukup untuk memenuhi konsumen, merujuk pada hasil pantauan per 27 Februari 2016 seperti luas panen di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 200 hektar dari potensi lahan 500 hektar, sementara panen diperkirakan pada Maret - April 2016 dengan usia tanaman 20 hingga 45 hari.
Direktur Jenderal Hortikultura, Spudnik Sujono mengatakan sentra bawang merah yang juga segera panen pada Maret 2016 adalah di Kecamatan Anggereja, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan dengan luas panen 6.000 hektar, dengan umur tanaman 40-50 hari.
Menurutnya, harga bawang merah di kedua kabupaten tersebut berkisar Rp23.000 per kg untuk kualitas super, kualitas sedang Rp21.000 per kg, dan kualitas rendah Rp18.000 per kg.
"Kami terus berupaya agar pasokan bawang merah dari kedua daerah tersebut dapat menopang pasokan dari sentra bawang merah di Pulau Jawa ke Jakarta," kata Spudnik kepada pers di kantornya di Jakarta pada Selasa (1/3).
Tampak hadir Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Yazid Taufik dan Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman Obat di Ditjen Hortikultura, Yanuardi.
Dia menambahkan, pengaturan pola tanam, panen dan rencana produksi secara bulanan selama 2016 dengan target luas 129 ribu hektar telah dipetakan, perkiraan produksi 1,29 juta ton tersebar di sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa akan memasok 73% dari total kebutuhan, Bali Nusa Tenggara 15% dan sisanya di Sumatera, Sulawesi dan lainnya.
Menurutnya, guna memenuhi pasokan secara cukup dan kontinyu, Kementan secara cermat menghitung sebaran produksi berdasarkan geo-spasial dan dimensi waktu sehingga menjamin pasokan setiap hari dan telah dirancang kesiapan produksi harian/mingguan sampai dengan akhir tahun 2016.
"Seperti diketahui di delapan kota besar di Indonesia membutuhkan pasokan 33% bawang merah. Untuk itu lokasi pengembangan sentra produksinya diarahkan tidak terlalu jauh dari pusat kota besar," kata Dirjen Hortikultura.
Jakarta (B2B) - The Indonesian government through the Agriculture Ministry make sure the supply of shallots is enough to meet the needs of consumers, referring to the results of monitoring by February 27, 2016 as harvest area in Bima, West Nusa Tenggara reached 200 hectares of land potential 500 hectares, while the harvest period is expected March-April 2016, with plant age 20 to 45 days.
Director General of Horticulture, Spudnik Sujono said shallots production center which will be harvested in March 2016 in Anggereja subdistrict of Enrekang District, South Sulawesi province with a harvest area of 6,000 hectares, the plant age of 40-50 days.
According to Mr. Sujono, shallots prices in both districts ranges from 23,000 rupiah per kg for super quality, medium quality 21,000 rupiah per kg, and the low quality 18,000 rupiah per kg.
"Wecontinues to work for the supply of shallot from both regions can sustain the supply of shallots in the center of Java Island to Jakarta," he told reporters at his office here on Tuesday (1/3).
It was attended by Secretary General of Horticulture, Yazid Taufik and Director of Cultivation and Post Harvest, Yanuardi.
He added the pattern of planting, harvesting and production plan period per month during 2016, with the target of 129,000 hectares area has been mapped, the estimated production of 1.29 million tons in production center of Java Island will supply 73% of total necessity, Bali and Nusa Tenggara 15%, and the rest of Sumatra and Sulawesi.
According to him, in order to meet the continuous of supply, the Ministry of Agriculture calculates the distribution of production based on geo-spatial and time dimensions, so as to ensure the supply every day, and has designed the production of daily and weekly until the end of 2016.
"As is known in eight major cities in Indonesia need supplies 33% of shallots," said Director General of Horticulture.