Eko Enzim Solusi Pertanian dan Covid-19 di NTT
Indonesian Govt will Deploy Agriculture Extension Support the Farmers

Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani
Kamis, 04 Februari 2021
BALAI PELATIHAN: Salah satu pelatihannya melakukan pembuatan Pupuk Organik Cair [POC] dicampur eko enzim yang diselenggarakan kelompok tani [Poktan] Ikun Tefan [Foto: Kementan]

Nusa Tenggara Timur [B2B] - Eko enzim dinilai bisa membantu memecahkan masalah pertanian dalam menghadapi pandemi Covid-19, seperti yang dimanfaatkan secara masif di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, inovasi ini disambut positif Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.

"Kita hanya mengingatkan petani agar tidak bergantung pada pupuk buatan. Karena pupuk buatan berpeluang mengikis biaya operasional bercocok tanam," kata Mentan Syahrul.

Hal serupa disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi.

"Jangan terlalu bergantung dengan pupuk anorganik. Petani harus belajar dan membiasakan tidak bergantung subsidi pupuk, walau pemerintah selalu menyediakan anggaran besar pupuk subsidi untuk petani," kata Dedi Nursyamsi.

Oleh karena itu, Chairel Malelak selaku Kepala Bidang Penyuluhan dan Pergerak eko enzim dari Kabupaten Timor Tengah Utara, tak bosan-bosan menyampaikan materi pelatihan tentang eko enzim kepada para penyuluh, petani, ibu rumah tangga, bahkan polisi sampai para milenial.

Salah satu pelatihannya melakukan pembuatan Pupuk Organik Cair [POC] dicampur eko enzim yang diselenggarakan kelompok tani [Poktan] Ikun Tefan di Desa Nifunenas, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timur Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.

Bahan bahan yang digunakan yang mudah dicari disekitar petani seperti daun gamal, bonggol pisang, kelapa muda, kohe sapi mentah, rebung bambu, rumput gajah, abu dapur, daun Chromolaena odorata/rumpur bunga putih, molase dan air serta eko enzim yang sudah jadi. 

"Masing masing bahan tersebut ada yang kaya unsur P, ada yang kaya unsur K maupun unsur unsur lain yang dibutuhkan tanaman. Eko enzim merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa sampah organik, gula, dan air," kata Cairel Malelak yang biasa dipanggil Carles.

Cairan eko enzim ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma asam/segar yang kuat. Saat ini eko enzim  banyak dibuat orang karena banyak manfaatnya. 

"Kalau untuk pertanian sebagai pupuk cair dan untuk pembasmi hama penyakit. Kalau  untuk kesehatan bisa sebagai desinfektan, bahkan untuk banyak penyakit kulit atau lainnya. Kalau untuk rumah tangga bisa untuk pencegahan covid 19 dengan kumur kumur atau disemprotkan di tempat yang kemungkinan ada virusnya," kata Carles.

Chairel Malelak menambahkan, cara membuat Eko Enzim cukup mudah. Cukup mengumpulkan kulit buah atau buah yang tidak layak dikonsumsi atau sampah sayuran segar, namun dalam keadaan tidak busuk. Kulit-kulit tersebut kemudian dipotong kecil-kecil dan dicampur gula merah atau molase dan air pada wadah plastik dengan perbandingan 3:1:10. 

"Biarkan selama 3 bulan di tempat kering suhu ruang. Beri catatan pada wadah mulai dibuatnya. Pada hari ke 7-10  bisa dibuka untuk mengeluarkan gas kemudian ditutup lagi. Sekiranya gas yang dihasilkan banyak, maka bisa diulang dibuka lagi setelah seminggu, kemudian ditutup lagi, dan dibiarkan hingga 3 bulan, baru bisa dipanen," jelasnya. 

Cara panen cukup dipisahkan cairan dan ampasnya, dengan disaring, ampasnya bisa untuk campuran buat eko enzim lagi dengan menambahkan bahan organik yang baru, gula dan air dengan perbandingan seperti di atas. 

Chairel Malelak juga mengaku sudah mencoba dengan berbagai bahan yang ada banyak di sekitar petani. Hasil tidak mengecewakan karena dengan menggunakan kompos Eko enzim NPK cair berpengaruh terhadap produksi, rasa dan daya tahan terhadap hama penyakit, demikian juga untuk tanaman padi juga sangat bagus. 


East Nusa Tenggara [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.

TERKAIT - RELATED